Penamaan Lintong Coffee yang Salah Kaprah
Adalah fakta bahwa tak pernah terdengar di Tano Batak ini orang menyebut kopi itu dengan nama Kopi Lintong. Hanya para Eksportir dan/atau Pabrikan branded-lah dengan mitranya di Dunia Barat sana yang menamainya sebagai Lintong Coffee.
Buku Tapanuli Utara dalam angka mengungkapkan kuranglebih 65% dari total produksi kopi Tano Batak berasal dari Taput. Dan kuranglebih 70% total produksi kopi Sumatera Utara berasal dari Tano Batak.
Karakteristik Kopi Arabika Batak ini adalah : Tumbuh dengan baik pada elevasi 700-2000 m dpl; derajat keasaman tanah (Ph) 5,5-6,5; jarak tanam yang ideal yi dalam baris 2 m dan antar baris 3 m (dengan pola ini, dalam lahan seluas 1 Ha akan dapat ditanam sebanyak 1.600-1.700 pohon); mulai berbuah pada umur 20 bulan; apabila dipelihara intensif, maka pada umur 3 tahun akan menghasilkan kuranglebih 1 kg buah kopi per pohon setiap bulan; kopi ini akan berproduksi terus-menerus sepanjang tahun; batas usia produktif cukup panjang yi 8 tahun.
Harga Kopi di Pasar
Satu dekade lalu harga kopi per Kg dari Petani ke Tengkulak pada kisaran Rp 8.000-10.000, dari Tengkulak ke Saudagar Besar Rp 20.000-25.000; dari Saudagar Besar ke Eksportir Rp 35.000-45.000 dan dari Eksportir ke para Buyers di Eropa dan Amrik Rp 55.000-75.000.
Tata niaga yang berlaku selama ini yi di tangan para saudagar besarlah kopi ini disortir kembali dan dilepas kulit ari pertama dan keduanya sesuai standard Eropa-Amrik. Setelah kering betul dan sudah layak disebut sebagai Roaster Coffee, kopi roaster ini selanjutnya disalurkan kepada para eksportir untuk kemudian dikirim kepada para pelanggan di luar negeri.
Untuk sekarang ini, asal-lah tahu, harga dasar Kopi Sigarar Utang atau Kopi Arabika Batak di Pangaribuan, Taput, ambruk total pada kisaran Rp 10 - 15 ribu per Kg, Tadinya sempat Rp 20 – 25 ribu per Kg, begitu info via telpon baru saja dari sepupuku Harison di Pangaribuan, Taput. Mengapa? Ya gegara pandemi Covid-19.
Meski pandemi, pe-roaster branded seperti Otten Coffee yang mangkal di Medan dan Excelso yang diam-diam juga mangkal disana, bahkan Starbucks yang sudah cukup lama mangkal di Humbahas, sesudah menggiling Kopi Arabika Batak dengan penamaan sesat Lintong itu sesuai permintaan pasar, maka para pe-roaster branded itu mematok harga kemasan per 200 gram Rp 175 ribu di outlet khusus seperti Carrefour, Hypermart, Walmart, Sogo dll. Bagaimana dengan harga per Kg? Dipastikan pada kisaran Rp 800-850 rb. Nyaris Rp 1 juta bukan. Kecian deh lo Komunitas Kopi Tano Batak! Di masa pandemi ini kopi biji lo yang mentahan itu ambruk dengan harga Rp 10 rb per Kg.
Kopi Arabika Batak dan Kepariwisataan Toba