Qin memang tidak memiliki keunggulan budaya. Namun kelemahan ini justru menjadi keuntungan yang penting yang tak terduga. Dengan tidak mengindahkan moralitas, etika dan sopan santun, mereka dapat menerobos batasan-batasan untuk menguasai negara lain secara militeristik.Â
Selama satu dekade setelah Ying Zheng naik takhta pada tahun 230 Sebelum Masehi, ia mengerahkan seluruh kekuatan militer Qin ke negara-negara sekitarnya. Satu per satu, negara-negara yang bertikai jatuh di bawah kendali Qin. Kerajaan kecil itu "menelan" negara bagian Han, Zhao, Wei, Yan, Chu, dan Qi.
Dengan kekalahan dari enam negara yang bertikai lainnya, Qin Shi Huang telah menyatukan Tiongkok utara. Pasukannya terus memperluas batas-batas Kekaisaran Qin ke arah Selatan sepanjang hidupnya, menuju ke tempat yang sekarang disebut Vietnam. Ying Zheng kini telah mendirikan sebuah kekaisaran yang mencakup seluruh wilayah Tiongkok dan ia sendiri telah menjadi "kaisar" Shih Huang Ti.
Kebijakan Shih Huang Ti
Dengan menaklukkan banyak negara yang memiliki keragaman ideologi dan hukum dalam satu kekaisaran tunggal, kini Shih Huang Ti memerlukan suatu standarisasi dan perubahan struktur pemerintahan. Ia melakukan banyak perubahan dalam bidang hukum dan hierarki pemerintahan. Bentuk kebijakannya adalah penetapan mata uang tunggal, standarisasi ukuran dan penetapan bahasa tertulis bagi seluruh rakyat.
Shih Huang Ti juga dikenal dalam pembangunan infrastruktur yang mendukung pemerintahannya. Ia memulai proyek raksasa untuk menciptakan jaringan jalan raya di seluruh wilayah kekaisaran, dan menciptakan garis pertahanan yang mungkin paling terkenal dalam sejarah manusia: Tembok Besar Tiongkok. Tembok itu dimaksudkan untuk membendung serangan suku-suku barbar dari Utara.
Dalam bidang hukum, undang-undang diberlakukan dengan ketat. Bahkan penggunaan pelumas yang tepat untuk gerobak pun diatur. Penyimpangan kecil pun dapat dihukum dengan berat. Penerapan hukum yang ketat ini menyebabkan rasa takut rakyat terhadap pemerintah dan dengan demikian, Shih Huang Ti dapat dengan mudah mengontrol rakyat.
Orang yang paling bertanggunjawab untuk membantu sang kaisar dalam menerapkan legalisme adalah perdana Menteri sang kaisar, Li Si. Untuk mudah mengatur rakyat dan menghindarkan mereka dari ide untuk memberontak, ia menasihati kaisar untuk membakar setiap buku tentang sastra, termasuk naskah-naskah penting Konfusianisme. Tujuannya adalah untuk menghambat dan menekan segala filosofi yang bertentangan dengan Legalisme.
Kebijakan ini mengundang banyak kritik tajam dari para cendekiawan, terutama para sarjana Konfusian. Mereka menyerukan diakhirinya pemerintahan kaisar baru yang cenderung tiran tersebut. Bukannya berhasil, para cendekiawan itu harus menghadapi hukuman sangat berat. Â Tidak kurang dari 400-an sarjana dihukum dengan cara tidak manusiawi. Mereka dikubur hidup-hidup.
Pengaruh kebijakan Shih Huang Ti dalam peradaban Tiongkok
Pemerintahan terpusat serta standarisasi yang dilakukan Shih Huang Ti telah meletakkan dasar bagi salah satu negara paling kuat di dunia: Tiongkok. Kaisar pertama ini mewariskan model struktur kekuasaan ini kepada setiap pemerintahan Tiongkok yang menggantikannya dari masa ke masa baik dari zaman dinasti, republik bahkan pemerintahan komunis. Kebijakan-kebijakannya mengarah pada penyatuan rakyat dan tanah Tiongkok menjadi satu bangsa tunggal.