Dalam upayanya untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan fleksibilitas perbankan, Bank Rakyat Indonesia (BRI) telah mengumumkan rencana untuk memangkas suku bunga kredit dan deposito pada akhir tahun 2024. Ini merupakan bagian dari strategi yang lebih luas untuk mengadaptasi dengan perubahan makroekonomi global dan domestik, termasuk penurunan suku bunga acuan oleh The Federal Reserve AS (Fed) dan Bank Indonesia sendiri.
Latar Belakang
Pasar perbankan internasional sedang menghadapi periode transisi signifikan. Setelah beberapa tahun berturut-turut meningkatkan suku bunga sebagai cara untuk mengontrol inflasi dan mendukung dolar AS, The Fed telah mulai menurunkan suku bunganya.Â
Pada September 2024, The Fed memangkas suku bunga utama sebesar 50 basis point (bp) ke kisaran 4,75--5,00%, sebuah langkah yang diharapkan dapat memperlancar pertumbuhan ekonomi dan mengurangi tekanan inflasi.
Bank Indonesia (BI) juga telah memberikan sinyal kuat bahwa mereka siap untuk mengikuti jejak The Fed. Gubernur BI Perry Warjiyo telah menyampaikan bahwa ruang penurunan suku bunga acuan (BI Rate) masih terbuka pada kuartal IV 2024. Langkah ini didasarkan pada analisis kondisi ekonomi global yang melambat dan potensi inflasi domestik yang terkendali.
Rencana BRI
Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Sunarso, telah mengkonfirmasi rencana pemangkasan suku bunga dasar kredit (SBDK) dan deposito bank tersebut pada akhir tahun 2024. Transmisi penurunan suku bunga ini akan bergantung pada komposisi dana bank yang mengikuti tenor pinjaman dan deposito. Misalkan bunga diturunkan 0,25%, maka penurunan ini akan efektif jika dana yang yhh diturunkan mencapai level yang relevan.
Sunarso menegaskan bahwa langkah ini merupakan respons strategis BRI untuk memberikan fleksibilitas kepada nasabah dan meningkatkan rasio pinjaman terhadap simpanan (LDR). Dalam konteks ini, LDR yang saat ini mencapai 86% menunjukkan potensi untuk ditingkatkan lagi dengan penurunan suku bunga, sehingga meningkatkan kemampuan bank dalam memberikan kredit produktif bagi industri-industri strategis.
Implikasi Ekonomi
Pemangkasan suku bunga kredit dan deposito oleh BRI diharapkan akan memiliki dampak positif signifikan pada sektor ekonomi. Berikut beberapa implikasi yang dapat dirinci:
1. Meningkatkan Penyaluran KPR
Industri perbankan percaya bahwa penurunan suku bunga akan memicu peningkatan penyaluran Kredit Perumahan Rakyat (KPR). Para analis percaya bahwa dengan suku bunga yang lebih rendah, biaya pokok penjualan produk perumahan akan berkurang, sehingga mempermudah prospek pembelian rumah bagi masyarakat.
2. Mendorong Pertumbuhan Kredit
Suatu penurunan suku bunga akan membuat biaya dana (cost of fund) bagi bank lebih rendah. Hal ini akan mendorong bank untuk meningkatkan penyaluran kredit, sehingga meningkatkan net interest margin (NIM) perbankan dari sisi kredit. Dengan demikian, bank dapat meningkatkan pendapatan dari sumber kredit tanpa harus meningkatkan suku bunga yang dapat membebankan nasabah.
3. Memperbaiki Daya Beli Nasabah
Pelemahan daya beli masyarakat akibat kenaikan suku bunga akan terhindari dengan adanya penurunan suku bunga. Biaya hidup yang lebih rendah akan meningkatkan daya beli masyarakat, sehingga meningkatkan permintaan barang-barang konsumtif dan investatif.
4. Stabilitas Inflasi
Bank Indonesia telah menargetkan inflasi pada tahun 2024 berada di kisaran 2,5 1 %. Dengan penurunan suku bunga, BI berharap dapat menjaga laju inflasi tetap terkendali. Pemerintah juga telah berkomitmen untuk menjaga inflasi tetap rendah demi stabilitas ekonomi panjang jangka.
Respon Pasar
Respon pasar terhadap rencana pemangkasan suku bunga oleh BRI relatif positif. Saham-saham bank di Indonesia, seperti BRI, Mandiri, dan GOTO, diharapkan akan merespons positif karena suku bunga bank masih tetap sama dan akan memberikan peluang bagi para debitur maupun para pelaku bisnis yang ingin melakukan ekspansi dengan pengajuan kredit. Hal ini dapat mendorong pertumbuhan kredit perbankan dan meningkatkan NIM perbankan dari sisi kredit.