Kota kabupaten  Fak-Fak adalah sebuah kabupaten di provinsi papua barat. Kabupaten fakfak ibu kotanya berada di kota fakfak dan juga merupakan salah satu kota tertua yang ada di papua yang berada terletak di kepala burung bagian selatan pulau papua. Kota kabupaten fakfak rata-rata mayoritas penduduknya beragama islam yang mana tingkat asimilasi dengan dunia luar sangat tinggi masyarakat kabupaten fakfak sangat menjunjung tinggi nilai keberagaman dan toleransi umat beragama. Asal mula nama kota kabupaten fakfak tidak diketahui dengan pasti namun ada yang mengatakan bahwa kata fakfak pada awalnya tidak dilafalkan dengan huruf f tetapi huruf p sehingga fakfak yang sebenarnya adalah pakpak yang artinya adalah "batu kotak-kotak yang bertumpukan".
Dari analisis beberapa kajian dokumen bahwasanya terdapat beberapa hal yang menarik dari kota kabupaten fakfak ini yang mana antara lain sebagai berikut :
 Dijuluki dengan kota pala
Di kota Kabupaten Fakfak terkenal dengan sumber daya alam yang melimpah ruah yakni, di Papua kota ini  sebagai penghasil tanaman pala yang mana kota kabupaten tersebut dijuluki dengan kota pala. Kabupaten ini merupakan penghasil biji pala terbesar di Indonesia, luas geografi penanaman tanaman pala di Fakfak mencapai 6.071 hektar atau sekitar 58% dari luas area pertanian yang ada di Papua Barat. Menurut BPS kota Kabupaten Fakfak merupakan kota yang memproduksi pala sebanyak 1.884 ton atau kira-kira sekitar 11% dari total produksi Indonesia. Masyarakat kota Kabupaten Fakfak menyebut pala dengan bahasa daerah yaitu '  hanggi" buah ini sangat berharga bagi masyarakat Kota Fakfak.
Satu tunggku 3 batu
Dalam perkembangan nya  kota Fak-Fak menjadi nama kota  dengan identitas warga asli yang telah mendiami kawasan ini sejak zaman dulu. Hal itu ditandai dengan nama marga yang menjadi identitas warga. Etnis Mbaham Matta (WUH) adalah masyarakat Adat tertua yang ada di Kabupaten Fakfak, Provinsi Papua Barat. Masyarakat Kabupaten Fakfak ini terkenal dengan filosofi Satu Tungku Tiga Batu. Mereka memahami filosofi tersebut sebagai cerminan toleransi antar umat beragama. Filosofi Satu Tungku Tiga Batu menjadi pegangan hidup masyarakat Kabupaten Fakfak. Dulu, filosofi ini diwariskan secara turun temurun di dalam keluarga. Pada tahun 1990-an, dilakukan upaya perumus hingga secara resmi ditetapkan oleh pemerintah daerah sebagai filosofi Kabupaten Fakfak. Humas Kemenag Kab Fakfak, Alex Iba, bercerita bahwa berdasarkan sejumlah sumber yang dia baca, sejak zaman dahulu, warga suku Mbaham Matta (WUH) yang mendiami Fakfak memasak di atas tungku yang terbuat dari tiga batu besar. Ketiga batu ini memiliki ukuran yang sama, kokoh dan kuat serta tahan panas. Ketiganya disusun membentuk lingkaran sehingga bisa menopang kuali atau belanga yang akan digunakan untuk memasak. Bagi masyarakat Kota Pala ini, tungku merupakan simbol dari kehidupan. Sedangkan tiga batu adalah Simbol dari Kau, Saya dan Dia yang menghubungkan perbedaan baik Agama, Suku, dan Status Sosial dalam satu wadah persaudaraan, Dasar itulah yang kemudian dijadikan sebagai simbol kerukunan di Kabupaten Fakfak, Provinsi Papua Barat. Filosofi Satu Tungku Tiga Batu ini, kata Alex, juga merupakan pengejawatan dari filsafat hidup Etnis Mbaham Matta yang disebut "KO, ON, KNO, Mi Mbi Du Qpona". Artinya, Kau, Saya, dan Dia Bersaudara. Filosofi ini mengarah pada Adat, Agama, dan Pemerintahan.
Air Terjun yang Menyambung ke Laut
Kota kabupaten Fakfak menawarkan berbagai wisata alam yang memukau, adapun salah satunya adalah air terjun Kiti Kiti. Air terjun ini punya keistimewaan  karena aliran airnya langsung jatuh ke laut lepas yang jernih airnya berwarna biru tosca. Pada Saat air laut surut, objek wisata ini menyajikan pemandangan air terjun beserta pantai di bawahnya. Tetapi, ketika air laut sedang pasang, aliran air akan langsung terjun ke laut lepas. Bagi wisatawan yang penyuka diving, tempat ini menyuguhkan pemandangan bawah laut dengan terumbu karang dan ikan warna-warni yang eksotis dan unik-unik. Untuk mejaga ke asriannya Air terjun unik ini berada di Kawasan Konservasi Taman Pesisir Teluk Nusalasi, Distrik Karas.
Makanan khas dari sagu
Di kota kabupaten Fakfak juga punya kuliner khas. Salah satunya adalah martabak. Makanan khas ini yang berupa martabak dibuat dari tepung terigu, beda halnya dengan di Fakfak. Di kabupaten ini, martabak terbuat dari bahan sagu. Cara membuat martabak ini dimulai dengan menghaluskan sagu, kemudian digoreng dan diberikan gula aren atau gula merah. Karena keunikan dan cita rasanya, martabak ini jadi makanan khas Fakfak yang paling diburu oleh wisatawan. Martabak sagu memiliki cita rasa yang manis dan gurih.
Makanan ini biasanya disajikan sebagai kudapan untuk menyambut tamu oleh masyarakat Papua, khususnya oleh masyarakat Papua barat. Dirangkum dari berbagai sumber, Martabak Sagu sudah terkenal hampir dari luar pusat kota Fakfak. Keunikan rasanya yang enak menjadikan Martabak Sagu sebagai salah satu makanan khas dari kota Fakfak. Martabak Sagu menjadi makanan yang paling diburu oleh para masyarakat kota maupun luar Fakfak. Adapun cara pembuatannya yaitu bahan sagu diolah dengan dihaluskan kemudian digoreng dan diberikan gula arena tau gula merah