Mohon tunggu...
M. Paris Muslim
M. Paris Muslim Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Traveler

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengenal Sejarah Filsafat Dakwah dan Perkembangan

28 September 2024   02:17 Diperbarui: 28 September 2024   06:11 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

1. Sejarah dan Perkembangan 

    sejarah filsafat dakwah dan kontribusinya terhadap keilmuan dakwah Filsafat adalah hasil dari upaya manusia dengan akal budi untuk memahami atau mendalami secara radikal, integral, dan sistematis hakikat yang ada. Ilmu filsafat adalah ilmu istimewa yang mencoba menjawab masalah-masalah yang diluar jangkauan ilmu pengetahuan biasa.

Ekspansi wilayah Islam, yang awalnya hanya terpusat di Madinah, membawa dampak signifikan terhadap perkembangan Islam sepanjang sejarah. Perkembangan ini menciptakan implikasi besar untuk warisan Islam di masa depan, seiring dengan berbagai perubahan dan tantangan yang dihadapi. Penyebaran Islam ke wilayah non-Arab mendorong terjadinya akulturasi dan asimilasi budaya, sehingga menjadikan Islam kaya akan variasi. Dengan demikian, Islam tidak hanya dipahami sebagai agama ritual yang mengatur hubungan individu dengan Tuhan, tetapi juga sebagai agama yang terbuka terhadap pemikiran rasional.

Selain itu, pertemuan Islam dengan budaya Barat memberikan pengaruh penting pada pemikiran filsafat, yang telah berkembang di Yunani, terutama melalui pengaruh Damaskus dan Baghdad. Di antara para filsuf Yunani seperti Socrates, Plato, dan Aristoteles, muncul pula pemikir Muslim ternama seperti al-Kindi, al-Farabi, dan Ibnu Rusyd. Tradisi kalm dan filsafat menjadi dua jalur pengetahuan yang dijelajahi oleh para pemikir Muslim, yang berusaha mengklarifikasi dan membenarkan prinsip-prinsip agama secara rasional, serta mengadopsi ilmu-ilmu dari peradaban Yunani-Romawi. Pertanyaan mendasar yang muncul adalah bagaimana pemikiran spekulatif kalm dan filsafat berkembang dalam konteks historis yang dinamis ini, yang memerlukan analisis mendalam untuk dibahas dan dipahami.

Fase ekspani terbagi menjadi tiga fase, pertama, fase ekspansi, integrasi dan puncak kemajuan (650-1000 M), fase Islam meluas hingga Afrika Utara, Spanyol di Barat, dan Persia, India ke Timur yang tunduk pada khalifah yang berkedudukan di Madinah, kemudian di Damaskus, terakhir di Baghdad. Zaman ini mucul ulama-ulama brilian seperti Imam Malik, Imam Abu Hanifah, Imam Syafi,i, dan Imam Ahmad Bin Hanbal dalam bidang hukum. Imam al-Asy'ari, al-Mauridi, Wasil bin Atha' dalam ilmu Kalam. Zunnun al-Misri, Abu Yazid al-Bustami, dan al-Hallaj dalam mistisisme atau tasawuf. Al-Kindi, al-Farabi, Ibnu Sina, Ibnu Miskawaih dalam falsafah. Ibnu Hasyam, Ibnu Hayyan, al-Khawarizmi, al-Mas'udi, al-Razi dalam bidang ilmu pengetahuan.

Kedua, fase disintegrasi (1000-1250 M), Islam mulai pecah dalam politik karena kekuasaan khalifah mulai menu- run yang ditandai dengan dirampas dan dihancurkannya Baghdad oleh Hulagu pada tahun 1258, fase ini khalifah sebagai lambang kesatuan politik umat Islam sudah hilang.

Periode pertengahan (1250-1800 M), yang dibagi dalam tiga fase. Pertama, fase kemunduran (1250-1500 M), atau disebut dengan masa disintegrasi yang makin meningkat. Hal ini tampak dengan perbedaan Syi'ah dan Sunni atau antara Arab dan Persia. Dunia Islam terlihat dengan dua wajah yang berlainan, yaitu Arab, yang terdiri dari Arabia, Irak, Suria, Palestina, Mesir sebagai pusat, dan Persia di bagian lain, yang terdiri dari, Balkan, Asia kecil, Persia, Asia Tengah dengan Persia sebagai pusat. fase tiga kerajaan besar (1500-1800 M) yang disebut dengan zaman kemajuan (1500- 1700 M) dan zaman kemunduran (1700-1800 M). Tiga kerajaaan yang dimaksud adalah Kerajaan Usmani di Turki, Kerajaan Safawi di Persia (Iran), dan Kerajaan Mughal di India. Kemajuan yang dica- pai fase lebih terlihat pada kemajuan arsitektur Islam yang indah dalam bentuk gedung dan masjid.

Periode modern (1800-dan seterusnya) merupakan kebangkitan umat Islam. Jatuhnya Mesir ke Barat menyadarkan umat Islam akan kelemahannya, dan atas makin tingginya peradaban Barat yang semakin maju. Dalam periode modern ini mulai timbul ide-ide pembaruan dalam Islam. Era falsafah Yunani kuno, ditandai dengan sejumlah nama besar yang sampai sekarang tidak pernah dilupakan oleh kalan- gan pemikir, termasuk pemikir yang berbeda pendapat sekali- pun. Sejumlah nama besar itu antara lain adalah, Phytagoras (+ 480-411 SM), Socrates ( 469-399 SM), Plato ( 427-347 SM), dan Aristoteles ( 384-322 SM). Masa Hellenitas dan Romawi adalah suatu masa yang tidak dapat dilepaskan dari peranan raja Alexander Agung. la telah mampu mendirikan negara besar yang tidak sekedar meliputi seluruh Yunani, tetapi juga daerah-daerah di sebelah timurnya. Kebudayaan Yunani menjadi kebudayaan supranasional. Kebudayaan Yunani ini disebut "Kebudayaan Hellenitas".

     Pengertian filsafat dakwah merujuk pada ilmu pengetahuan yang secara kritis dan mendalam mempelajari dakwah, termasuk tujuan dakwah, mengapa proses komunikasi dan transformasi ajaran serta nilai-nilai Islam diperlukan untuk mengubah keyakinan, sikap, dan perilaku seseorang sesuai ajaran Islam. Respon terhadap dakwah oleh da'i dan mubaligh juga dipelajari agar dakwah mampu membentuk individu yang beriman dan berakhlak mulia, sebagaimana yang diajarkan oleh Islam.

     Filsafat dakwah juga harus menjelaskan berbagai persoalan dakwah, terutama yang berkaitan dengan aspek ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Salah satu aspek penting dalam studi ini adalah kemampuan berpikir kritis dan menganalisis konsep serta praktik dakwah yang ada. Oleh karena itu, filsafat dakwah dapat membantu membuka wawasan kita terhadap teori- teori dakwah yang akan datang.

Tujuan Filsafat dan dakwah menurut Syukriadi Sambas adalah sebagai berikut:

1. Memberikan landasan dan sekaligus menggerakkan proses dakwah Islam yang bersumber pada al-Qur'an dan as-Sunnah secara      objektif-profesional

2. Melakukan kritik dan koreksi proses dakwah Islam dan sekaligus mengevaluasinya.

3. Menegakkan kebenaran dan keadilan di atas dasar tauhidullah dan tauhid risalah.

4. Mensyukuri nikmat akal dengan menerangkannya sesuai fungsi peruntukannya.

5. Upaya penyempurnaan jiwa manusia baik dari sudut teoritis maupun praktis.

     Tujuan Filsafat dan dakwah adalah dapat memberikan pemahaman yang bersifat universal tentang suatu unit ajaran Islam secara mendalam, mendasar dan radikal sampai keakar-akarnya, sehingga akhirnya dapat membawa kepada kebenaran yang hakiki, kebenaran hakiki tersebut terimplementasikan dalam sikap kesehariannya sebagai seorang Islam. Lebih jauh bertujuan memberikan kepuasan kepada sebahagian jiwa yang amat berharga juga mengantarkan seorang sampai kepada kepercayaan keagamaan yang benar, yang kalau sebelumnya hanya diterima secara dogmatis dan absolut, maka pada akhirnya bukan hanya mitologis semata, tetapi juga. diterima melalui kerangka pikir yang rasional juga akan memberi artinya penting dalam menyadari otoritas dirinya sebagai makhluk yang berdimensi dalam memahami diri.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun