Jahe memiliki nama ilmiah Zingiber Officinale merupakan tumbuhan dengan rimpang yang sering digunakan pada rempah serta bahan baku dalam pengobatan tradisional (Harahap Maslan, 2022). Jahe merupakan tanaman yang berasal dari Asia Tropik yang memiliki pesebaran dari India hingga Cina.Â
Bangsa tersebut memanfaatkan jahe sebagai bahan minuman, bumbu masakan serta obat tradisional. Nenek moyang bangsa Indonesia memanfaatkan jahe sebagai penyembuhan beberapa penyakit seperti kurangnya nafsu makan, sakit kepala, batuk, dan lain sebagainya. Jahe juga dimanfaatkan dalam pembuatan bahan baku makanan, perasa makanan dan lain-lain (Santoso, 2021)
Arianto (2018) menyebutkan manfaat jahe bagi kesehatan lansia berupa :
- Mencegah stroke dan penyakit jantung
- Jahe memiliki kandungan gingerol yang bersifat sebagai antikoagulan yang bermanfaat untuk melancarkan peredaran darah, mengontrol tekanan darah, dan mengarasi penyumbatan pembuluh darah yang akan mengakibatkan serangan jantung ataupun stroke.
- Mengatasi Arthritis dan anti radang
- Kandunan gingerol pada jahe berfungsi sebagai antiinflamasi yang berkhasiat dalam mengatasi peradangan pada lansia tanpa menimbulkan efek samping.
- Menyembuhkan migrain dan sakit kepala
- Jahe memilki kandungan yang dapat menghambat prostaglandin yang akan mengakibatkan migrain serta sakit kepala pada lansia
- Mengatasi sakit perut
- Kandungan dari jahe berguna untuk melancarkan pencernaan maupun metabolisme tubuh dalam mengatasi masalah pencernaan, iritasi pada usus, dan perut kembung.
- Menangkal kanker
- Kandungan antioksidan pada jahe dapat berkhasiat untuk menangkal radikal bebas serta membersihkan tubuh terhadap virus, bakteri, dan kuman yang menybebkan timbulnya penyakit.
Menurut K. Maria (2019) Jenis-jenis jahe dibagi berdasarkan ukuran, bentuk, warna rimpang,rasa serta aroma jahe, berikut merupakan jenis jahe yaitu :
- Jahe Putih Kecil (Jahe Emprit)
Jahe putih kecil atau jahe emprit memiliki nama ilmiah yaitu Zingiber officinale amarum memiliki ciri rimpang yang kecil dan berbentuk pipih dengan warna putih kekuningan, serta memiliki diameter 3,27-4,05 cm, dengan tinggi rimpang 6,38-11,10 cm, serta panjang rimpang 6,13-31,70 cm. Jahe emprit memiliki serat yang berlapis dan lembut serta beraroma dan rasa yang lebih kuat dan tajam, karena terdapat kandungan minyak atsiri yang lebih banyak dibandingkan dengan jahe gajah (Amin & Waris, 2021)
- Jahe Putih Besar (Jahe Gajah)
Jahe putih  besar atau jahe gajah memiliki nama ilmiah yaitu Zingiber officinale Rosc memiliki ciri rimpang yang lebih besar, beraroma kurang tajam serta rasa yang kurang pedas,  jahe gajah memiliki warna pada rimpang saat diiris akan tampak berwarna putih kekuningan, serat pada jahe gajah sedikit dan lembut, diameter rimpang 8,47-8,50 cm, dengan tinggi rimpang 6,20-12,24 cm, serta memiliki berat pada rimpang 0,18-1,04 kg, jahe gajah memiliki kandungan minyak atsiri 0,82%-2,8%.Â
Jahe gajah baik digunakan saat berumur muda maupun tua, biasanya jahe gajah digunakan untuk melengkapi bumbu pada masakan atau membuat jahe instan, jahe gajah juga dapat ditambahkan untuk pemberi aroma pada permen, sirup ataupun roti. Akan tetapi kandungan atsiri yang sedikit jahe gajah kurang cocok untuk ramuan obat  (K. Maria, 2019).
- Jahe Merah (Jahe Sunti)
Jahe Merah memiliki nama ilmiah yaitu Zingiber officinale rubrum memiliki ciri rimpang yang kecil serta berlapis dengan warna jingga muda hingga warna merah, ukuran jahe merah 4,20-4,26 cm, dengan tinggi 5,26-10,40 cm serta panjang 12,33-12,60 cm.Â
Jahe merah memiliki serat yang kasar, aroma jahe merah sangat tajam, serta rasa pada jahe merah sangat pedas, kandungan minyak atsiri yang tinggi sebesar 2,58%-3,50% dan kandungan oleoresin 5,8%-6,3%. Jahe merah dapat dipanen saat berumur tua, cocok digunakan sebagai obat obatan pedas karena memiliki kandungan atsiri yang tinggi (K. Maria, 2019).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Oktora Wilda & Panorama (2020) kepada 15 responden lansia penderita gout artritis, pemanfaatan kompres jahe dilakukan untuk mengatasi nyeri pada lansia dengan gout artritis atau asam urat, menjelaskan metode yang dilakukan yaitu dengan pemberian kompres hangat jahe selama 7 hari setiap sore, pada hari pertama dilakukan pengukuran skala nyeri kemudian akan diberikan intervensi kompres hangat dengan menggunakan waslap pada suhu sekitar 40C dengan durasi 15 menit selama 7 hari, kemudian setelah diberikan intervensi akan di obsevasi kembali pengukuran skala nyeri pada hari ke-7.
Cara pembuatan kompres hangat jahe dengan menyiapkan bahan herbal jahe sekitar 1-2 rimpang, lalu cuci bersih jahe merah, lalu masukan jahe merah kedalam air dan direbus dengan suhu 40-43C, air rebusan dapat langsung digunakan sebagai kompres dengan menggunakan waslap atau handuk kecil. Hasil pada intervensi ini menunjukan kompres hangat jahe berpengaruh terhadap penurunan rasa nyeri pada lansia dengan gout artritis.
Pada penelitian yang dilakukan oleh (Heriyanto et al. (2022) kepada 22 responden lansia dengan hipertensi melalui pemanfaatan jahe dan madu untuk menurunkan hipertensi. Pada penjelasan jurnal tersebut menjelaskan bahwa cara yang digunakan dalam intervensi ini yaitu dengan memotong kecil jahe kemudian rebus dengan 200 cc air selama 15 menit, lalu saring air rebusan yang akan diambil sebanyak 100 cc, kemudian tambahkan madu sebanyak 30 ml (2 sendok makan) untuk memberikan rasa manis pada air rebusan.
Kemudian berikan pada pagi atau malam hari selama 5 hari berturut-turut. Pemberian air rebusan jahe ini perlu diberikan jarak waktu 8 jam setelah atau sebelum pasien mengkonsumsi obat hipertensi. Hasil pada intervensi ini berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi.Â