Mohon tunggu...
joesoef balle
joesoef balle Mohon Tunggu... -

belajar untuk berarti

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Harus Ada Kurikulum Mengenai Kesehatan Reproduksi

1 Juni 2012   09:24 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:31 467
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Manusia terdiri dari laki-laki dan perempuan. Masing-masing punya alat reproduksi sebagai karunia Ilahi yang seharusnya dimanfaatkan sesuai peruntukannya. Karena itu, masing-masing, baik laki-laki maupun perempuan harus mengetahui dan memahami alat reproduksi sehingga dapat digunakan dan dimanfaatkan secara baik dan benar.
Pikiran cerdas tersebut datang dari Liliane P. Amalo-Holle, Direktris Yayasan Tanpa Batas (YTB) dalam percakapan ringan di suatu sore.

Kami berdiskusi dan mencoba mengurai persoalan kesehatan reproduksi (Kespro) yang terjadi di kalangan masyarakat khususnya kaum remaja. Menurut Bunda Lily, demikian sapaan karibnya, kespro merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan anak manusia. Ironisnya, orang tuapun kadang belum dan kurang memahami alat reproduksi. Apalagi dengan remaja. Padahal, pemahaman yang baik dan benar bisa memberikan manfaat yang positif dalam kehidupan keseharian terkait dengan segala seluk beluk alat reproduksi. Ditambah budaya kita yang masih tabu manakala kita mempercakapkan alat-alat reproduksi baik dalam konteks kesehatan ataupun apapun, merupakan kendala tersendiri. "YTB terus melakukan sosialisasi mengenai alat reproduksi dalam konteks kesehatan reproduksi kepada anak dan remaja sehingga mereka bisa menjaga dan dapat bertangungjawab dengan karunia Ilahi yang telah diberikan Sang Pencipta kepada manusia," cerita Bunda Lily.

Masih minimnya pemahaman mengenai alat reproduksi di semua lapisan masyarakat, merupakan tantangan tersendiri. Padahal pengetahuan dan pemahaman yang baik mengenai alat reproduksi memiliki manfaat positif bagi kehidupan seseorang maupun keluarga dan masyarakat. Bunda Lily kemudian menceritakan pengalaman pendampingan yang dilakukan YTB. Cerita Bunda, ada yang datang dalam keadaan hamil tapi dia tidak tahu kenapa dia bisa hamil. Padahal dia hanya ingin mencoba seperti apa kata kawan-kawannya dan ternyata dia sendiri mengalami situasi dan kondisi yang sulit. Ini menunjukan bahwa pemahaman dan pengetahuan mengenai alat-alat reproduksi sangat minim.

Di sisi lain, dengan kemajuan teknologi informasi maupun komunikasi, saat ini sangat mudah seseorang memiliki akses untuk mengetahui berbagai jenis informasi. "Nah informasi yang bermanfaat dan baik bagi kesehatan reproduksi seharusnya bisa diakses oleh siapapun dia dalam konteks kebertanggungjawaban terhadap karya dan ciptaan Sang Pencipta," tandas Bunda Lily.
Persoalan lain yang melilit generasi kita adalah persoalan penyakit kelamin. Yang jadi soalnya adalah, ketika seseorang mengindap penyakit kelamin dia sendiri tidak tahu apa itu penyakit kelamin, bagaimana sampai dia bisa terjangkit penyakit kelamin dan cara penanggulangannya.

Ternyata setelah diberikan edukasi barulah mereka keget, padahal khan sudah kejadian. Dengan demikian, pemberian pemahaman mengenai kesehatan alat-alat reproduksi sudah harus diberikan sejak anak duduk di bangku sekolah. "Kalau bisa kurikulumnya bukan hanya sebagai pelengkap tapi merupakan kurikulum penting yang dijadikan sebagai salah satu standar kelulusan," harap Bunda Lily dan menambahkan karena tidak bisa dipungkiri, generasi muda saat ini merekalah yang akan berperan dan memegang peran penting di tahun-tahun mendatang. Keluargapun memiliki peran penting dalam menghadapi persoalan dan masalah terkait kesehatan reproduksi. Karena keluarga merupakan tempat paling awal pembentukan seorang anak manusia dari berbagai sisi dan segi kehidupannya.

Yayasan Tanpa Batas (YTB) merupakan salah satu LSM di NTT yang memiliki kepedulian terhadap persoalan HIV/Aids. Selain itu, concern kepada masalah kesehatan alat reproduksi merupakan bagian penting yang tidak bisa dipisahkan ketika berbicara atau melakukan advokasi maupun edukasi mengenai HIV/Aids. Dalam konteks demikian, upaya sadar untuk menghadirkan layanan informasi yang berpihak kepada remaja mengenai kespro merupakan hal yang sangat penting. "Kami punya mimpi hadirkan layanan informasi publik yang mudah tapi bertanggungjawab kepada para remaja mengenai pentingnya kesehatan reproduksi," cerita Bunda Lily seraya menambahkan sayangnya sampai saat ini kami belum memiliki tempat yang representatif untuk mengimplementasi mimpi tersebut.

Diakhir percakapan, Bunda Lily berpesan supaya orang tua lebih berperan aktif dalam memberikan pencerahan kepada anak-anak soal kesehatan reproduksi. Diharapkan, pemahaman yang baik dan benar akan berdampak kepada generasi yang bertanggungjawab dan mampu melahirkan generasi berikutnya yang sanggup dan mampu bersaing di era penuh kompetisi ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun