Mohon tunggu...
Parhorasan Situmorang
Parhorasan Situmorang Mohon Tunggu... Penulis - Petualang waktu yang selalu memberi waktunya untuk menginspirasi generasi muda.

Petualang waktu yang selalu memberi waktunya untuk menginspirasi generasi muda.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ado Bintoro Murid Jenius Romo Mangun yang Masih Terlupakan

29 Agustus 2016   07:45 Diperbarui: 29 Agustus 2016   08:49 874
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pengalamanku mengajarkan bahwa untuk bisa berpindah tempat tanganku harus memutar roda kursi roda. Saya yakin hidup pun berputar, kadang di atas kadang di bawah, seperti roda-roda kursi roda. Tetapi ya itu tadi, asal memenuhi satu syarat: roda itu harus diputar. Maka saya harus memutar roda kehidupan. Agar tidak mandeg. Agar tidak jalan di tempat.

Ketika baterai batin Anda melemah dan perlu dicas, sebaiknya berjumpa murid Romo Mangun. Berjumpa Ado Bintoro seperti “berjumpa dan berbincang” dengan Romo Mangun. Baterai batin akan terisi kembali dan mendapat pencerahan, terang-benderang. Kalimat-kalimat enak dan renyah menghadirkan informasi yang benar-benar baru lebih mengkonfirmasi “jati diri” Romo Mangun. Mendengarnya Anda akan tercengang, terpukau, kadang menganggap dongeng atau mitos, tetapi lebih sering membuat Anda tertawa terpingkal-pingkal. Anda seperti mendengar dari seorang sarjana. Anda tidak merasakan bahwa yang berkisah adalah seorang yang hanya berpendidikan sekolah dasar kelas 6.

Bintoro pasti menghibur Anda dengan cerita-cerita mengejutkan. Saking menghibur dan mengejutkan, beberapa menit kemudian Anda baru menyadari bahwa hiburan itu ternyata “menceramahi” Anda. Kalimat-kalimat yang masuk melintasi telinga anda, mulai berkerja di benak anda sebagai inspirasi dan motivasi, membuat anda merenung dan mendapat pencerahan. Inspirasi itu bisa menghebatkan kualitas moral bagi siapapun yang mendengar karena mengandung hikmah mutiara.

 Saya menganggap Bintoro sebagai seorang “radio”. Bagi saya mendengarnya berkisah seperti mendengar radio. Dia bercerita runtut mengalir dan tidak ada “buffering” seolah kisah itu baru terjadi satu jam yang lalu. Padahal dia menceritakan peristiwa 20 bahkan 30 tahun silam. Lengkap dengan pernak-pernik dan logat atau aksen Romo Mangun. Menurut saya, Bintoro memiliki kejeniusan figuratif.

Bintoro membawa saya kepada kesimpulan bahwa ia memiliki kekuatan memori yang hebat! Bahkan sangat hebat! Ia pernah bersama dan melihat keseharian seorang tokoh hebat Indonesia: Romo Mangunwijaya. Kisah tersebut terpatri utuh pada memorinya. Puluhan pengalaman “saksi mata” merekam pribadi Romo Mangun siap mengalir ke telinga. Siap mengalir, ya itu tadi, seolah-olah peristiwa yang diceritakan baru terjadi satu jam yang lampau.

Seperti, kisah ketika Bintoro hampir terlelap jam 11 malam dibangunkan oleh Romo Mangun “hanya” untuk makan nasi basi yang baru dipanasi oleh Romo Mangun. Pesan pentingnya bukanlah tentang nasi basi. Melainkan menangkap pesan moral di balik sikap Romo Mangun bela-belain memanasi nasi yang ternyata tetap tidak tertolong dari “rasa basi”. Romo Mangun bukan konglomerat kaya raya tetapi dia cukup kaya, dia mampu membeli bukan sekedar 2 bungkus nasi padang bahkan rumah makan padang beserta isinya. Tetapi mengapa tetap memakan nasi basi?

Ado Bintoro juga menyaksikan tatkala Romo Mangun berdebat di telepon dengan protokol istana dan sempat menolak undangan presiden hanya karena dress code harus menggunakan jas. Padahal undangan itu meminta Romo Mangun hadir karena mendapat penghargaan. Masih banyak true story lainnya yang bakal kita dengarkan.

Ado Bintoro secara de jure tidak berpendidikan tinggi, namun secara de facto dia berpendidikan “sangat tinggi”. Pengalaman sehari-hari bersama Romo Mangun dan bertemu tamu-tamu Romo Mangun yang datang ke Kuwera 14 adalah "sekolah" bagi Ado Bintoro. Termasuk dari tamu-tamu itu adalah Pak S. Belen dan Romo Muji Sutrisno.

Catatan penting dari tulisan ini adalah, sayang sekali, belum banyak yang mengetahui potensi Sang Jenius murid Romo Mangun. Belum banyak yang menyadari potensi mata air inspirasi dari Ado Bintoro. Sudah banyak diselenggarakan seminar atau sarasehan bertema Mangunwijaya. Sangat disayangkan, belum ada yang menghadirkan Bintoro sebagai narasumber. 

Tulisan ini mengajak siapapun, “Sesekali datanglah ke rumah Romo Mangun di Kuwera 14. Bertemulah dan berkenalanlah dengan Ado Bintoro. Lalu berbincang-bincanglah. Maka Anda seperti bertemu Romo Mangun, seperti berbincang-bincang dengan Romo Mangun. Apabila ingin narasumber yang menghibur bermutu untuk kegiatan semacam diskusi, sarasehan, atau seminar alangkah bijaksana apabila mengundang Ado Bintoro. Anda akan terhibur, menjadi merenung, dan menjadi tercerahkan, baterai batin Anda terisi kembali.”

"Pengalamanku mengajarkan bahwa untuk bisa berpindah tempat tanganku harus memutar roda kursi roda. Saya yakin hidup pun berputar, kadang di atas kadang di bawah, seperti roda-roda kursi roda. Tetapi ya itu tadi, asal memenuhi satu syarat: roda itu harus diputar. Maka saya harus memutar roda kehidupan. Agar tidak mandeg. Agar tidak jalan di tempat. Romo Mangun sangat kukagumi, orang yang telah ikut "mendorong" laju kursi rodaku." -- Ado Bintoro

Salam penuh hangat dari Kuwera 14 Mrican, Sleman, Yogyakarta

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun