Sebuah kritik adalah sebuah niat suci jujur tulus ikhlas membangun. Memiliki dasar yang terukur dan lengkap. Jika tidak seperti itu maka itu adalah kata-kata liar, lepas kendali, tidak berdasar, dan tidak santun sinonim caci makian. Ini yang tidak boleh. Jadi, kritik itu pasti konstruktif! Sebab itu kritik adalah kata yang berdiri sendiri tidak perlu ditambahi embel-embel “konstruktif”. Makna konstruktif sudah melebur di dalam makna kritik.
Membiasakan diri menggunakan istilah yang tepat justru menunjukkan kualitas seseorang. Jika masih berminat menggunakan istilah kritik yang konstruktif, selain salah kaprah, serupa saja memboroskan kata. Royal berkata-kata, sebuah perilaku mubazir. Mengerti dan memahami akar kata membuat kita lebih cerdas bersikap. Akar kata krinein menyadarkan kita cerdas mengkritik. Timbang dulu baik-baik apakah mau menyenangkan diri atau memang membuat orang lain menjadi berubah. Apakah Anda sudah terbebas dari rasa iri cemburu karena hal ini bisa mengganggu kejernihan kritik anda.
Hakekat kritik adalah sehat. Jika tidak sehat berarti sakit, kata-kata yang sakit dan menyakitkan adalah serupa dan sebangun dengan mencaci atau meremehkan sekedar mencari-cari kesalahan. Orang seperti ini bisa dijawab dengan santun atau sebaliknya dicuekin saja, tidak perlu didengar karena memang tidak layak didengar hanya buang-buang waktu dan enerji.
Kritik itu sesungguhnya seperti kripik. Renyah dan empuk enak. Jika sudah seperti itu maka yang dikritik tidak akan marah. Jika masih marah itu artinya dia memang tidak suka dikritik. Maka seharusnya arti kata kritik harus dipahami supaya tidak salah kaprah lagi. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H