Mohon tunggu...
Parhorasan Situmorang
Parhorasan Situmorang Mohon Tunggu... Penulis - Petualang waktu yang selalu memberi waktunya untuk menginspirasi generasi muda.

Petualang waktu yang selalu memberi waktunya untuk menginspirasi generasi muda.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika Romo Mangun Memakai Jas Merah

24 Januari 2017   21:36 Diperbarui: 24 Januari 2017   23:18 505
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jas merah itu pemberian dari Sang Masa Lalu. Jas merah yang selalu dipakainya semasa hidupnya dan kemudian dia mewariskan kepada kita. Seharusnya kita juga mengenakannya sebagaimana Romo Mangun selalu mengenakannya. Karena jas merah itu bisa ikut menjaga hari ini menjadi lebih tertib damai aman, dan adem menghargai keberagaman, menjamin masa depan lebih terawat, cemerlang, dan terukur. Sebagaimana jas merah itu ikut menjaga sosok Mangunwijaya menjadi sosok bijak bestari, dia yang berupaya selalu mengambil bagian di sisi solusi bangsanya, bukan di sisi penyebab problema bangsa.

Dia yang selalu mengeluarkan pikirannya berbasis data dan fakta, bukan tergopoh-gopoh menghadirkan hoax dan sejenisnya. Kehadirannya membuat adem dan dinanti-nantikan masyarakat, dia tidak memproduksi fitnah melainkan memberi pengetahuan dan kebijakan. Dia yang berguru kepada masa lalu (sejarah). Sejarah menjadi sahabat baiknya berdiskusi, berbincang-bincang merancang masa depan lebih baik.

Dia yang tidak bosan-bosannya, yang selalu berlipat semangatnya mengajak anak-anak muda bercermin kepada masa lalu. Baginya sejarah bukanlah jaman dulu (jadul) yang menjadulkan anak-anak masa kini, justru sebaliknya membantu meng-update si pembaca. Sejarah bukan ruang asing yang gelap melainkan cahaya yang menerangi masa depan.

Dalam sebuah pertemuan orang-orang muda, pada kata sambutannya berjudul: Fokus Perjuangan Kita Saat Ini dan Saat Mendatang, Romo Mangun pun mengajak anak-anak muda mengaktualkan pemikiran dengan merujuk sejarah:

“Terimakasih saya ucapkan bahwa saya boleh menerima kepercayaan berdiri di sini. Sebetulnya jujur saya katakan, orang setua saya ini sudah tidak pada tempatnya untuk memberi suatu catatan kunci untuk pertemuan kaum muda yang tentulah punya gelora, persepsi serta siasat lain dari kami.

Hari ini dan hari depan Indonesia pada hakekatnya hanya dapat menanti konsepsi serta strategi pengolahannya oleh generasi muda. Ini empiris selalu terjadi di mana-mana, baik dalam dunia politik maupun sosial, ilmu pengetahuan, seni, gaya hidup, mode, dan bidang-bidang kehidupan lain.

Jika kita berbicara tentang perubahan yang fundamental, maka memang hanya generasi mudalah yang mampu berbicara. Yang mengubah Hindia Belanda menjadi Republik Indonesia juga generasi muda. Soeryo Adicondro, Kartini, Wanda Maramis, Soekarno, Hatta, Sjahrir, Maria Ulfah, SK. Trimurti, dan sekian puluh ribu muda-mudi. India, Cina, Mesir, Ghana, menjadi besar berkat Gandhi muda, Nehru muda, Mao Zedong muda, Nasser muda, dst. Bukan karena para raja ningrat dan ambtenaar tua.

Yang mengubah paradigma fisika nuklir dan astro fisika ialah Einstein muda!

Oleh karena itu, bila saya diundang untuk berdiri di sini, jelaslah saya tidak merasa terpanggil untuk memberi nasehat. Paling hanyalah mengajukan beberapa pertimbangan variabel-variabel obyektif yang mungkin dapat berguna bagi saudari-saudara muda nanti untuk mengambil kesimpulan, keputusan, atau tekat operasional yang realistik. Tanpa mengabaikan idealisme muda yang menjadi penggeraknya.”

Pengalaman mengajarinya mempercayai bahwa masa depan memerlukan sebanyak-banyaknya referensi. Sejarah adalah salah satu gudang bermutu referensi yang diperlukan zaman ini. Sejarah memberi kita ruang refleksi, evaluasi, dan selanjutnya menjadi dinamo motivasi menggerakkan enerji positif kreatif.

Sejarah mengajari kita untuk lebih responsif bukan reaksioner dalam berinteraksi. Interaksi adalah sebuah keniscayaan apabila kita mau bukan cuma maju satu dua langkah melainkan melaju kencang dua ribu tiga ribu langkah membangun peradaban. Belajar tentang masa lalu, mewarisi kekuatan dan tidak mengulangi kesalahan masa lalu merupakan cara menjaga masa kini dan menjamin masa depan terkendali lebih stabil, menyenangkan semua pihak dan menjaga dari hoax.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun