Mohon tunggu...
Parhorasan Situmorang
Parhorasan Situmorang Mohon Tunggu... Penulis - Petualang waktu yang selalu memberi waktunya untuk menginspirasi generasi muda.

Petualang waktu yang selalu memberi waktunya untuk menginspirasi generasi muda.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menjadi Orangtua yang "Orangtua" Menurut Citarasa Romo Mangunwijaya

10 Desember 2016   07:02 Diperbarui: 10 Desember 2016   09:05 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Buku Parents Who Love Reading, Kids Who Don’t yang ditulis Mary Leonhardt ini pun sangat direkomendasikan untuk dibaca orangtua.

Kekuatan rekomendasi teman

Menurut Mary, anak tumbuh sehat ceria dikelilingi tidak hanya oleh buku-buku komik dan buku cerita serial, mereka juga perlu memiliki orang-orang pemberi rekomendasi perihal bahan bacaan yang menarik. Peran ini bisa diambil oleh guru, pustakawan, orangtua atau kakak yang sudah membaca buku tersebut. Namun yang menarik adalah penegas dari Mary bahwa, “Sayang kita tidak bisa berbuat sebaik jika teman-teman dan saudara-saudara mereka yang melakukannya. Kekuatan seorang teman ternyata lebih berpengaruh dalam merekomendasikan buku.” Artinya, merujuk penegasan Mary ini, para orangtua haruslah berupaya meminta teman sebaya atau kakak kelas dari anaknya untuk merekomendasikan buku.

Membaca besar dan ngemil

Buku adalah jendela dunia dan membaca cara kita membuka jendela itu supaya dunia kita tidak sumuk dan gerah. Seumpama sebuah rumah, ketika kita membuka jendela terasa segar dibanding tertutup sumuk dan gerah. Udara yang melegakan dan semilir angin membuat akal sehat yang lega tidak mudah terseret arus emosional dan reaktif menghadapi perilaku anak, misalnya.

Maka membaca seharusnya merupakan fasilitas yang lebih riang menghantar seseorang menjadi manusia “kaya kegembiraan”. Membaca adalah menabung “kegembiraan” yang bisa sesewaktu disharingkan dan dihadiahkan kepada si anak. Membaca itu seumpama makan. Ada makan besar dengan alokasi waktu dan ruang khusus namun juga ada makan sekedar mengunyah camilan (mengemil). Membaca itu juga seperti makan, bisa memerlukan waktu banyak dan khusus, namun juga bisa diperlakukan sebagaimana ngemil camilan. Menjadikan buku seperti camilan adalah mengasyikkan.

Kotak pertanyaan

Di sekolah dasar eksperimen gagasan Romo Mangun, ini merupakan satu kegiatan khusus bagi anak-anak mengumpulkan satu atau lebih pertanyaan secara tertulis kepada guru setiap hari Sabtu. Pertanyaan bisa berupa apa saja asal yang menimbulkan keingintahuan mereka. Tujuan dari pembelajaran ini agar anak memiliki keinginan untuk bereksplorasi, menyelidik, meneliti dan mempermasalahkan sesuatu. Selain itu, dengan pelajaran kotak pertanyaan ini anak menjadi tahu bahwa guru bukan pihak yang serba tahu karena terkadang beberapa pertanyaan murid tidak bisa dijawab oleh Guru.

Sangat menarik apabila ini diterapkan pula di rumah oleh orangtua. Agar lebih menarik dan menantang bagi si anak barangkali kotak pertanyaan bisa diubah menjadi celengan pertanyaan. Saat membuka celengan bisa didesain sedemikian rupa dalam suasana menghibur. Anak pun menjadi lebih antusias, sehingga momen ini menjadi saat yang ditunggu-tunggu oleh si anak setiap minggu. Orangtua lebih leluasa mengelola imajinasi dan ide-ide segar, yang di satu sisi menjadi tambahan pengetahuan bagi si anak, juga bagi si orangtua, dan pada saat bersamaan di sisi lain menjadi jembatan penghubung alamiah mengakrabkan jiwa batin orangtua dan anak.

Majalah meja

Majalah meja juga layak dihadirkan oleh orangtua di rumah. Bisa menjadi alternatif kegiatan kreasi dan rekreasi bagi anggota keluarga. Aktivitas bersama mengumpulkan artikel pilihan dari suratkabar dan majalah, kemudian digunting dan ditempel di atas meja. Esensi majalah meja adalah untuk merangsang anak supaya mau membaca. Kegiatan majalah meja tidak jarang dikaitkan dengan pelajaran IPS (Sejarah). Menurut Romo Mangun, pengajaran sejarah sedapat mungkin menyajikan kerangka kesadaran akan waktu bagi diri siswa sehingga mereka sampai pada pengertian bahwa umat manusia, baik secara perlahan atau cepat, terus mengalami perkembangan. Majalah meja menunjang hal tersebut karena menyajikan kepada siswa berita dan kejadian perkembangan keseharian umat manusia di sekitarnya. Waktu santai membuat majalah meja bisa menjadi titik temu berkualitas interaksi anak dan orangtua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun