Mohon tunggu...
Reinhard Lumbantobing
Reinhard Lumbantobing Mohon Tunggu... -

Blog khotbah dan renungan mingguan Kristen

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menjadi Teladan Bagi Orang Lain

11 Oktober 2010   18:45 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:30 928
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Teks Bacaan: Filipi 3:17-21

Masih adakah yang bisa dijadikan teladan dalam hidup ini? Jawabnya tentu masih ada! Dan tidak akan ada habisnya orang yang bisa diteladani di dunia ini. Banyak tokoh di dunia yang patut diteladani, misalnya Bunda Teresa, Mahatma Gandhi, Martin Luther King Jr., dan sebagainya.

Namun pertanyaan yang lebih penting dan paling relevan dalam situasi sekarang ini adalah: bagaimana agar kita menjadi teladan bagi orang-orang di sekeliling kita? Topik inilah yang menjadi perenungan kita pada minggu ini. Selain meneladani hidup orang lain, tidak kalah penting untuk menjadi teladan hidup bagi orang lain.

Memang, bagi Paulus menjadi teladan bagi orang lain bukanlah perkara mudah. Terkadang kita dihantui oleh kejahatan-kejahatan yang dilakukan pada masa lalu. Mungkin muncul juga perasaan bahwa kita tidak layak atau kurang sempurna. Akan tetapi Paulus mengatasi hal ini dengan suatu cara: "Melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang dihadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Yesus Kristus" (Filipi 3:13-14).

Saudara-saudara, untuk dapat menjadi teladan bagi orang lain, ternyata kita terlebih dahulu mesti dibebaskan dari masa lalu yang suram. Dibebaskan dari rasa bersalah. Intinya, menjadi manusia yang baru sama sekali. Manusia yang telah mengalami pertobatan, manusia yang ditangkap oleh Yesus Kristus.

Hal kedua, setelah mengalami pertobatan, seseorang mesti siap untuk hidup dalam pertobatan itu. Inilah yang disebut dengan Paulus dengan 'menghadapi apa yang dihadapanku'. Pertobatan bukanlah sebuah fase hidup yang dialami sekali saja dan dapat diganti dengan fase hidup yang lain. Oleh karena itu tidak tepat jika mengatakan 'telah/sudah hidup baru' seolah-olah itu hanya sesuatu yang 'pernah' dilakukan. Menghidupi pertobatan artinya menghayati peran sebagai 'manusia baru'. Yang selalu 'berlari-lari kepada tujuan', berjuang agar selalu bertahan dalam kekudusan. Yang menghayati statusnya sebagai warga sorga. Dengan cara inilah Paulus pada akhirnya bisa dan layak menjadi teladan jemaat: bertobat dan hidup dalam pertobatan itu, meninggalkan masa lalu dan menghadapi yang dihadapannya.

Saudara-saudara, menjadi teladan adalah suatu hal yang patut kita usahakan dalam hidup ini. Sebab dunia yang sedang kita hadapi adalah dunia yang gelap. Dunia ini membutuhkan pertolongan dari para pengikut Kristus. Jadilah garam dan terang dunia, jangan rasanya menjadi hambar dan cahayanya menjadi redup. Bercahayalah di antara mereka seperti bintang-bintang (Filipi 2:15).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun