Mohon tunggu...
Parfi Khadiyanto
Parfi Khadiyanto Mohon Tunggu... Dosen - pecinta lingkungan hidup dan arsitektur perkotaan

tinggal di semarang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Monokultur Labil, Polikultur Stabil

8 April 2014   04:29 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:56 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Sering terjadi perampokan di siang haripada sebuah komplekperumahan. Hal ini menjadi menarik untuk diberitakan sebab, pertama, perampokan terjadi di siang hari, kedua, jumlah uang dan barang yang dirampok biasanya bernilai jutaan.

Apakah benar sekarang ini di kota-kota besar pada siang hari komplek perumahan sudah tidak aman? Adakah ini termasuk bagian dari kesalahan dalam penataan ruang, khususnya dalam hal pembangunan komplek perumahan? Jawabnya bisa ya, bisa tidak.

Dikatakan “ya”, kalau kita mengacu pada kaidah hukum alam, khususnya yang ada di daerah tropis seperti di Indonesia ini, yaitu kestabilan lingkungan tercipta karena adanya polikultur. Maksud polikultur adalah budaya pencampur adukan dari berbagai kegiatan. Konsep ini sebenarnya selaras dengan kondisi alam Indonesia, dengan beragam spesies yang dimiliki, dan adanya dua iklim yang tidak kontras, yaitu saat musim hujan masih ada hari terang, dan saat musim kering kadang masih ada hujan. Berbeda dengan lingkungan non-tropis (yang memiliki 4 musim secara tegas), bisa jadi di sana monokultur akan lebih menstabilkan lingkungan.

Mestinya dalam perencanaan dan pembangunan sebuah komplek permukiman juga mengacu pada konsep polikultur tersebut. Bayangkan seandainya dalam hamparan lahan seluas berhektar-hektar hanya diisi oleh permukiman saja, di pagi dan sore hari akan terjadi kesibukan bukan main lalu lalang kendaraan berangkat dan pulang kantor/sekolah, antrian panjang untuk menyusur jalanan, bisa menimbulkan kemacetan. Tetapi pada siang hari, karena sekarang ini sudah banyak suami-istri yang bekerja, di komplek perumahan yang luas ini hanya dihuni oleh anak-anak yang belum sekolah dan pembantu rumah tangga. Mungkin saja ada yang dijaga satpam, tetapi jumlahnya berapa? Jadilah komplek ini sebagai lingkungan yang sepi di siang hari, rawan akan pencurian dan perampokan. Demikian pula sebaliknya, di pusat kota yang hanya diperuntukkan untuk perkantoran saja, siang hari ada ribuan manusia beraktivitas di sana. Ketika malam tiba, yang ada hanya beberapa gelintir satpam, maka wajarlah kalau komplek perkantoran pada malam hari biasanya disudut-sudutnya digunakan untuk prostitusi liar, dan tindak kejahatan sejenisnya.

Dulu pernah ada program swasembada beras, pemerintah menganjurkan semua petani menanam jenis padi tertentu yang cepat tumbuh dan cepat panen, sehingga tidak dalam waktu lama, hampir semua tanah pertanian di Jawa ditanami jenis padi ini. Ternyata ketika hama padi muncul, maka hama padi inipun ikut berkembang dengan cepatnya, sebab makanan untuk hama ini tersedia di hampir seluruh wilayah pertanian di Jawa, akibatnya ketika panen gagal maka kosonglah lumbung padi yang ada di Jawa. Barulah disadari bahwa menanam dengan berbagai macam spesies tanaman (polikultur) ternyata memiliki keunggulan dalam stabilitas tanaman pangan, sebab ketika hama untuk jenis tanaman tertentu berkembang, tanaman lain masih bisa hidup terbebas dari hama tersebut. Kalau satu jenis tanaman kena hama, tanaman lain masih bisa eksis untuk cadangan bahan pangan. Ibarat seorang pengusaha fotocopy, kalau melulu hanya fotocopy, ketika listrik mati, tutuplah toko itu, tetapi kalau juga menjual barang lain seoerti alat tulis kantor, meskipun listrik mati pekerja masih bisa mendapat gaji harian jaga toko.

Ilmu perencanaan pembangunan perumahan yang diadopsi di Indonesia memang sebagian besar didapatkan oleh pakar yang sebelumnya telah belajar di luar negeri, harus kita akui bahwa tanpa ada yang belajar ke luar negeri mungkin negara kita akan tertinggal jauh dalam hal ilmu pengetahuan dan pembangunan. Disinilah perlunya kearifan pakar untuk juga menyadari bahwa ada pembatas tertentu guna melakukan suatu adopsi teori, harus disesuaikan dengan kondisi dan budaya setempat.

Seandainya dalam suatu komplek perumahan ada toko, pasar, kantor, sekolahan, atau kegiatan lain yang menunjang terjadinya aktivitas di siang hari, rasanya perampokan di siang bolong pada suatu komplek perumahan tidak akan sering terjadi. Dengan mudah orang akan berteriak minta tolong. Tentu saja keakraban dalam kehidupan bertetangga juga harus diperhatikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun