KENALI MEDIANYA
Setiap media memiliki ciri-ciri dan kebutuhannya masing-masing. Bagaimana caranya? Cukup pelajari tulisan yang sering dimuat di media itu. Pelajari formatnya. Kamu bisa menjiplak formatnya, gaya penulisannya terlebih dahulu. Sambil juga cari tahu juga kegunaan formatnya, misal format penulisan scenario, kan ada beberapa item-nya tuh, kamu bisa ikut kelas penulis skenario atau browsing.
Cerita sedikit ke belakang, saya dulu belajar menulis sejak SMA. Saat itu, LUPUS-nya HILMAN adalah sebuah fenomena fiksi (di jamannya). Saya pengen kayak Hilman, saya jiplak gayanya, saya jiplak karakternya, saya buat versi saya. Saya kirim tulisan saya ke majalah remaja dan dimuat. Saya baru tahu belakangan kalau itu disebut teknik ATM (amati-tulis-modifikasi).
Seiring waktu, saya menemukan gaya penulisan saya sendiri. Setelah belajar dengan membaca karya bukan hanya dari Hilman saja, tapi juga Golagong, Bubin Lantang, trus naik ke karya Arswendo, Putu Wijaya, Seno Gumira Adjidarma dan lainnya. Ada pengalaman empiris yang kemudian membentuk pikiran saya.
KERANGKA TULISAN
Buat kerangka tulisan. Ini penting agar kamu tidak melantur kemana-mana dalam menulis, ada jalur yang kamu taati. Dalam Creative Writing untuk apa pun, saya percaya teori Drama 3 Babak Aristoteles dapat dipakai. Lebih jelasnya kamu bisa browsing nanti soal teori Drama 3 Babak Aristoteles ini.
Secara sederhana 3 babak drama dijabarkan atas:
- Pemaparan : pengenalan karakter yang terlibat, masalah yang akan dihadapi.
- Konflik: puncak masalah yang mempengaruhi cerita.
- Penyelesaian: Karakter menemukan penyelesaian masalah.
Di penulisan "Copywriting" konsep yang sama dari Aristoteles juga dipakai, meski dimodifikasi sedikit. Saya dulu pernah ikutan kelas menulis iklan (copywriting) ada konsep penyampaian dengan pendekatan (konsep) Hai (teaser yang menarik) -- You (siapa yang menjadi target iklan) -- See (produk yang kita pasarkan) -- So (bujukan untuk membeli) yang menurut saya mirip dengan Drama 3 Babak Aristoteles.