[caption id="" align="aligncenter" width="614" caption="Batu Partonggoan di Pusuk Buhit"][/caption] Berbicara tentang Pusuk Buhit dan legenda di dalamnya, tentu saja akan membuat orang–orang penasaran dan ingin melihat langsung tentang Pusuk Buhit dan mendengar langsung ceritanya. Benarkah Jokowi pernah ke Pusuk Buhit? Agustus yang kering. Matahari menyengat di libur Lebaran 2014 ketika GABE ingin menuntaskan rasa penasarannya mengunjungi Pusuk Buhit. Dalam bahasa Indonesia, Pusuk Buhit bisa diartikan menjadi Puncak Gunung. Tempat ini dipercayai sebagai tempat asal muasal Raja Batak, leluhur para orang Batak. Pusuk Buhit, gunung yang awalnya bernama Gunung Toba memiliki ketinggian 1.500 meter lebih dari permukaan laut dan 1.077 meter dari permukaan Danau Toba. Ada tiga kecamatan yang berada langsung di bawah gunung tersebut yakni Kecamatan Sianjur Mula-mula, Kecamatan Pangururan, dan kecamatan Harian Boho. GABE mengawali petualangannya dari Kecamatan Panguruan, kemudian mendaki Pusuk Buhit yang jaraknya sekitar delapan kilometer. Tentu saja ada pemandu lokal (guide) yang ikut dalam perjalanan itu. Butuh waktu tiga jam untuk sampai ke puncak bukit, usai mengalahkan jalanan berliuk-liuk mengitari tebing. Menurut legenda Batak, Pusuk Buhit adalah tempat Raja Batak dan si Boru Deak Parujar diturunkan langsung dari langit oleh Na Marhuaso (Tuhan). Dan dari pernikahan tersebut lahirlah Raja Tatea Bulan (si Sulung) dan Raja Isumbaon (si Bungsu). Lahir sebagai sulung, Guru Tatea Bulan memutuskan untuk membuka perkampungan pertama di Sigulatti. Diriwayatkan, Guru Tatea Bulan mempunyai lima orang anak dan lima orang putri. Mereka adalah Raja Uti (Raja Gumeleng – geleng) – Biding Laut, Saribu Raja – Boru Pareme, Limbong Mulana – Siatting Naumasan, Sagala Raja – Sipungga Naumasan dan Malau Raja – Nan Tinjo. Legenda yang berkembang, anak yang paling sakti adalah Raja Uti ( Raja Gumeleng - geleng), namun sayang pada lahirnya wujud asli dari Raja Uti adalah tidak punya tangan dan tidak punya kaki. Namun dengan kesaktiannya Raja Uti bisa berganti rupa menjadi 7 ( tujuh ) rupa. Selanjutnya berbagai kisah yang ditemui GABE adalah tentang Biding Laut yang terdampar di pulau Jawa dan tenggelam di Laut Jawa yang akhirnya menjelma menjadi Nyi Roro Kidul. Lalu ada pula kisah Saribu Raja dan Boru Pareme yang terlibat pernikahan incest (perkawinan sedarah), yang mengakibatkan Saribu Raja melarikan diri ke daerah Selatan dan membuka perkampungan yang diberi nama Portibi. Juga kisah Boru Pareme yang dibuang oleh saudara-saudaranya ke hutan setelah mardenggan pamatang (hamil), dan diselamatkan oleh Lottung (Harimau). Menjejakkan kaki di tempat ziarah Batu Partonggoan (Batu tempat berdoa Raja Batak ke Mulajadi Nabolon), juga sangat menarik. Konon, siapa saja yang berdoa memohon di batu ini, Tuhan akan mengabulkannya. Nah, di sinilah ada cerita yang sangat menarik. Sebelum resmi menjadi calon presiden, Joko Widodo alias Jokowi lebih dulu berkunjung ke Batu Partonggoan. Bahkan, tulisan “Jokowi” bisa ditemui di sana, sebagai pertanda Jokowi pernah ke sana. Sebab, sudah semacam tradisi, seseorang yang berkunjung ke sana dipersilakan untuk menuliskan namanya sendiri di sebuah dinding batu. Lalu, benarkah Jokowi sudah pernah berkunjung ke Pusuk Buhit? PP/GABE
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H