Mohon tunggu...
Ishak Pardosi
Ishak Pardosi Mohon Tunggu... Editor - Spesialis nulis biografi, buku, rilis pers, dan media monitoring

Spesialis nulis biografi, rilis pers, buku, dan media monitoring (Mobile: 0813 8637 6699)

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Menunggu 2 Jam di UGD Rumah Sakit HGA Depok

27 Juli 2017   20:17 Diperbarui: 27 Juli 2017   20:30 3944
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prioritas Penanganan Pasien RS HGA (Pribadi)

JUMAT(21/7/2017) malam, pukul 20:17, dengan mengendarai sepeda motor, kami tiba di UGD Rumah Sakit Hasanah Graha Afiah (HGA) di Jalan Raden Saleh, Depok. Saat itu, abang saya atas nama Balijan Pardosi (40) sedang mengalami muntaber dari pagi.

Badannya lemas dan kami putuskan untuk segera mendapat penanganan rumah sakit. Dalam kondisi terburu-buru, kami diarahkan pihak sekuriti untuk langsung menuju ruangan UGD. Di ruangan UGD, kami tentu saja berharap akan langsung ditangani oleh dokter. Namun yang terjadi, kami diarahkan agar melapor terlebih dahulu ke bagian pendaftaran. Sebagai pasien yang panik, tentu saja kami akan menuruti perintah paramedis.

Selesai mendaftar dengan menggunakan opsi biaya pribadi (Non BPJS), kami diminta untuk sabar menunggu di ruang tunggu UGD. Sembari menunggu, saya memutuskan untuk memindahkan motor dari samping pintu masuk UGD ke tempat parkir di seberang RS. Dalam karcis parkir tertera, saya masuk pukul 20:27. Itu artinya, sejak dari UGD hingga pendaftaran, kami menghabiskan waktu selama 10 menit. Sebuah proses yang masih wajar.

Yang tak wajar adalah ketika kami harus menunggu selama dua jam sebelum akhirnya dipanggil masuk ke ruang UGD. Bisa dibayangkan, calon pasien yang muntaber harus menunggu penanganan dokter sembari berjuang rasa sakit yang dialami. Saya pun beberapa kali bolak-balik ke ruang UGD untuk bertanya apakah abang saya sudah bisa diperiksa atau belum. Jawabannya sama: masih full bed. Saat itu, pasien memang sedang penuh dan membutuhkan observasi sebelum diputuskan apakah perlu dirawat inap atau tidak.

Nah, bila merujuk pada tingkat urgensi penanganan pasien yang tertera pada pemberitahuan yang ditempelkan di dinding UGD, pasien muntaber seharusnya mendapat prioritas. Pasien muntaber setara dengan pasien yang mengalami nyeri dada, pendarahan yang tidak dapat dihentikan, batuk darah, hingga korban kekerasan. Namun sayangnya, prioritas tersebut sepertinya diabaikan paramedis, tetapi lebih mengacu pada siapa pasien yang terlebih dahulu mendaftar.

Dalam kondisi antara pasrah dan kesal, abang saya pun akhirnya diterima di ruang UGD pada pukul 22:15. Singkat cerita, karena diputuskan tidak perlu dirawat inap, kami pun meninggalkan ruang UGD pada pukul 00.00, usai perawatan dengan menghabiskan satu botol infus. Menurut dokter, abang saya sedang menderita diare.

Oh ya, sebelum akhirnya menuliskan keluhan ini di Kompasiana, saya sudah lebih dulu mengirimkan email terkait peristiwa tersebut ke pihak Humas RS HGA. Saya tadinya optimistis, pihak RS HGA akan segera membalas email saya. Sebab, di sejumlah poster yang dipajang di tiap sudut RS HGA, terpampang pemberitahuan tentang pentingnya kerja sama antara pasien dan rumah sakit. Dalam salah satu butir pemberitahuan itu berbunyi "Jika ada keluhan mohon kirimkan email kepada kami melalui humas@rs-hga.co.id". Namun, sejak email saya kirimkan pada Sabtu (22/7/2017), ternyata hingga kini belum berbalas.

Ke depan, semoga pihak RS HGA lebih memperhatikan urgensi pasien dan mengedepankan penanganan yang cepat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun