Ahok kembali naik panggung. Konon, Ahok akan diplot sebagai salah satu Dirut BUMN bertipe 'A' alias kelas berat. Kalau bukan Pertamina, pilihannya ke PLN. Dua perusahaan pelat merah yang beraset jumbo. Aset masing-masing kedua BUMN ini lebih dari satu triliun rupiah. Bukan kaleng-kaleng, pokoknya. Itu sebabnya kedua BUMN ini bersinggungan dengan banyak pihak. Antara lain investor dalam dan luar negeri, sesama perusahaan BUMN, dan terakhir: partai politik.
Jika betul Ahok didapuk sebagai Dirut Pertamina, Ahok punya tantangan tak ringan. Yakni bagaimana memberantas mafia migas. Memang sulit membuktikan mafia migas di sektor energi kita, tetapi isu keberadaan nyaris tak pernah surut. Mafia migas ibarat angin, bisa dirasakan tetapi mustahil dilihat. Salah satu cara paling sering digunakan sebagai alat perasa kehadiran mafia migas adalah terkait kebijakan impor BBM maupun minyak mentah.
Pertamina kerap dituding bermain mata dengan mafia migas melalui keran impor BBM dan minyak mintah. Walau sekali lagi, sulit membuktikannya. Selain impor, pembangunan kilang minyak yang tak kunjung terealisasi hingga saat ini juga dijadikan sebagai bukti masih bercokolnya mafia migas. Kepentingannya nyata, jika kilang minyak dibangun, otomatis impor BBM bisa berkurang. Tentu itu bukan kabar baik bagi mafia migas yang konon doyan mengutip rente dari jatah impor.
Anggaplah mafia migas memang nyata dan sulit diberantas oleh Dirut Pertamina sebelumnya, bagaimana dengan Ahok? Inilah pertanyaan yang sangat menarik saat ini. Dengan latar belakang Ahok yang dikenal galak dan tegas semasa menjabat Gubernur DKI, kini nyali Ahok kembali diuji. Sangat wajar apabila banyak pihak berharap kepada Ahok. Kira-kira, sanggupkah Ahok melawan mafia migas?
Bila melihat rekam jejak mafia migas yang sulit terendus tersebut, tampaknya Ahok akan kesulitan melawan. Itu karena mafia migas, seperti dugaan banyak pihak, telah merangsek ke segala sendi. Dari eksekutif, legislatif, hingga yudikatif. Salah satu buktinya bisa dilihat dari Reza Chalid yang hingga kini statusnya belum jelas. Reza yang dikenal sebagai 'the godfather' mafia migas sejauh ini belum bisa disentuh. Padahal, Reza sudah 'diburu' sejak Jokowi menjabat Presiden pada 2014 lalu.
Sebaliknya, Dirut Pertamina malah dibongkar pasang. Gonta-ganti dalam lima tahun terakhir. Dengan kata lain, Dirut Pertamina belum pernah menyelesaikan masa tugasnya selama lima tahun. Selalu diganti di tengah jalan. Sekali lagi, sangat sulit membuktikan bahwa penggantian Dirut tersebut ada kaitannya dengan aksi nakal mafia migas. Namun faktanya, Dirutnya memang diganti.
Lantas dengan masuknya Ahok, apakah mafia migas sudah waktunya bertekuk-lutut? Bisa ya dan bisa tidak, tergantung pada kemampuan Ahok. Yang jelas, banyak pihak berharap agar Ahok tampil berani memberangus kongkalikong yang diduga selama ini menggerogoti Pertamina. Tetapi jangan salah pula, mafia migas, konon, juga tak pernah tidur. Mereka adalah koloni yang telah menyelinap ke segala sendi sektor energi.
Namun yang pasti, isu energi khususnya Pertamina bakal menjadi lebih seru seandainya Ahok diplot sebagai Dirut. Publik kemungkinan besar akan menyaksikan kembali aksi 'marah-marah' Ahok. Membongkar siapa saja yang terlibat dan sebagainya. Pasti menarik disaksikan.
Terakhir, siapakah nanti yang bakal tumbang duluan? Ahok atau mafia migas?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H