Israel identik sebagai negerinya para jenius dunia. Darah Yahudi seolah tak ada duanya, mengalahkan bangsa manapun di dunia ini. Kejeniusan mereka bahkan diyakini sudah ada sejak awal penciptaan semesta. Dikaruniakan langsung oleh Tuhan, sang pemilik semesta. Label 'bangsa pilihan Tuhan' kemudian disematkan kepada Israel, dituliskan secara gamblang di dalam Alkitab, buku suci umat Kristen.
Bukan isapan jempol memang, terlepas pro dan kontra yang mengiringinya, bangsa Yahudi yang kemudian mendirikan negara Israel pada 1948, melesat dan unggul di hampir seluruh bidang kehidupan. Dari teknologi, militer, ekonomi, hingga sains. Mereka menguasainya dengan sempurna. Sampai-sampai dunia tak berkutik dibuatnya.
Siapa yang tak merasa ketergantungan dengan alat teknologi sekarang? Sulit dibayangkan bila Google, Yahoo, Facebook, WhatsApp, serta media komunikasi dan informasi lainnya mendadak lenyap.
Dampaknya pasti melebar kemana-mana hingga menimbulkan kekacauan ekonomi, sosial, dan politik. Presiden sekalipun sangat mungkin dilengserkan apabila Google Cs hengkang dari Tanah Air, misalnya.
Singkatnya, dinasti teknologi yang dibangun Israel pada prinsipnya telah menguasai dunia. Termasuk Indonesia, negara yang tak punya hubungan diplomatik dengan Israel. Sebuah realitas yang suka tak suka harus diterima.
Tapi Israel ternyata tak selamanya bertaji, pernah juga gagal. Yakni, impian mendarat dan menjelajah bulan. Membaca berita kegagalan itu seperti dilansir detikcom, membuat saya terkejut.
Kok bisa bangsa pilihan Tuhan gagal ke bulan? Bukankah Israel punya 'jalur khusus' ke Tuhan sang pengatur semesta? Masa sih Israel kalah dengan Amerika, Rusia, dan Cina yang telah sukses menjejak bulan?
Sekilas, kegagalan Israel mencapai bulan memang kurang menguntungkan. Setidaknya bagi eksistensi Israel sendiri sebagai negara dengan penduduk paling jenius. Tapi itu hanya sekilas saja, cuma di bagian kulit luarnya.
Kalau ditelisik lebih mendalam, kegagalan wahana antariksa Israel yang diberi nama Beresheet, justru telah menempatkan negeri Yahudi itu di bagian terdepan. Bahwa Israel tinggal selangkah lagi akan menciptakan wahana antariksa dengan biaya murah.
Mari kita cek. India, yang baru saja gagal mendaratkan wahana antariksanya di bulan harus merogoh kocek sebesar 145 juta dolar AS. Bandingkan dengan wahana antariksa milik Israel yang hanya menelan biaya 100 juta dolar AS. Itu berarti Israel sudah mampu menciptakan teknologi canggih dengan investasi yang jauh lebih murah.
Hal ini menegaskan bahwa tak lama lagi Israel sangat mungkin menuai sukses "mengacak-acak" angkasa luar dengan biaya sangat terjangkau. Kegagalan Israel kali ini boleh dikatakan sebagai awal akan datangnya teknologi yang super canggih di masa depan.