Mohon tunggu...
Ishak Pardosi
Ishak Pardosi Mohon Tunggu... Editor - Spesialis nulis biografi, buku, rilis pers, dan media monitoring

Spesialis nulis biografi, rilis pers, buku, dan media monitoring (Mobile: 0813 8637 6699)

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Bukan "Halal", Danau Toba Justru Makin Ramai karena Unik

3 September 2019   13:40 Diperbarui: 3 September 2019   13:58 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Jokowi di Samosir (Kompas.com)

Ada yang perlu diluruskan dari pemahaman Gubernur Sumut Edy Rahmayadi soal konsep pariwisata. Menurut Gubsu, wacana wisata halal di Danau Toba dibutuhkan guna menjaring wisatawan Muslim. Apalagi, berdasarkan data Humas Pemprov Sumut, saat ini sebanyak 55 % wisatawan mancanegara ke Danau Toba berasal dari Malaysia. Itu berarti, mayoritas turis di Danau Toba adalah orang Malaysia yang mayoritas beragama Muslim. Terus, di mana letak masalahnya?

Dominasi turis Malaysia sejauh ini menandakan bahwa Danau Toba memang sudah ramah terhadap wisatawan non-Kristen. Pemprov sendiri juga mengakui sudah ada fasilitas untuk wisatawan Muslim di Danau Toba. Namun fasilitas itu dinilai masih kurang jika mengacu pada pemerintah pusat yang menargetkan 1 juta pengunjung. Target 1 juta pengunjung inilah yang dijadikan dasar oleh Pemprov untuk menambah fasilitas tempat ibadah.

Sederhananya, Pemprov Sumut berpandangan bahwa dengan menyediakan fasilitas tempat ibadah akan otomatis menambah jumlah pengunjung. Hal inilah yang perlu diluruskan. Menurut saya, justru di situlah nilai tambah Danau Toba. Selain menawarkan keindahan alam yang indah, ada keunikan tersendiri di dalamnya. Yakni, tradisi dan kearifan lokal yang sudah berlangsung selama ribuan tahun.

Bayangkan, turis mancanegara akan disuguhi pemandangan ternak babi, masyarakat bernyanyi di 'Lapo Tuak', bicara keras-keras, menenun ulos, dan sebagainya. Di situlah keunikan Danau Toba yang tidak ada di tempat wisata lain. Turis nantinya tidak hanya takjub terhadap keindahan Danau Toba tetapi juga karena ikut menambah pengalaman ragam budaya.

Lagipula, yakinlah masyarakat Danau Toba tidak akan pernah memaksa atau bahkan sekadar menggoda wisatawan non-Kristen untuk menikmati makanan khas Tapanuli. Masyarakat Tapanuli paham aturan itu, tanpa perlu dibuat aturan khusus.

Sekarang tantangannya terletak pada sejauh mana kreativitas Pemprov Sumut dalam mengemas segala keunikan itu. Bukan dengan gagasan berkategori simpel tetapi rawan menimbulkan perpecahan bangsa. Percayalah, Danau Toba justru makin unik karena punya label tidak 'halal'. Karena unik, maka akan semakin ramai dikunjungi.

Horas...Horas...Horas...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun