Mohon tunggu...
Ishak Pardosi
Ishak Pardosi Mohon Tunggu... Editor - Spesialis nulis biografi, buku, rilis pers, dan media monitoring

Spesialis nulis biografi, rilis pers, buku, dan media monitoring (Mobile: 0813 8637 6699)

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Menanti Catur Politik SBY, Sang Jenderal Strategi

12 Agustus 2019   01:54 Diperbarui: 12 Agustus 2019   01:55 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

SBY belum bersuara cukup lama, sejak kepergian Ibu Negara tercinta. Barangkali masih dalam suasana berkabung. Selama itu, sudah banyak peristiwa politik yang terjadi. Dinamika politik bergerak sangat cepat.

Siapa menduga Gerindra berbelok arah dari yang sebelumnya tampil oposan, lalu tampil mesra dengan pemenang Pilpres. Boleh dibilang Prabowo seolah dijanjikan sesuatu oleh kubu Jokowi. Mungkin, seperti itu. Bisa jadi, Prabowo diimingi kekuasaan di lima tahun berikutnya. Megawati sang penentu di PDIP, tampaknya menjanjikan hal itu ke Prabowo.

Di saat kemesraan Jokowi-Prabowo menyisakan sesak tak terkira bagi pendukung Prabowo, sorotan sedikit berkurang ke SBY, Ketum Demokrat yang dijuluki 'Jenderal Pemikir'. SBY terkesan dilupakan, paling tidak hingga sejauh ini.

Padahal sebelumnya, AHY sudah dua kali menemui Jokowi yang kemudian diterjemahkan sebagai sinyal masuknya Demokrat ke kubu Jokowi. Belakangan, isu itu perlahan dilupakan akibat manuver politik Prabowo.

Apakah SBY akan diam saja menikmati catur politik yang sedang dimainkan PDIP dan Gerindra? Inilah yang mengundang rasa penasaran. Tapi kalau menelisik jejak politik SBY, peluang diam Demokrat sangat kecil sekali. Selalu ada kejutan yang berasal dari SBY. Sebagai Jenderal Pemikir, SBY punya segudang strategi politik yang kerap menghadirkan kejutan-kejutan.

Ambil contoh, AHY yang tiba-tiba pensiun dari militer dan langsung terjun ke Pilgub DKI 2017 lalu. Meski kalah, tetapi panggung Pilgub DKI itulah yang mengantarkan AHY menjadi sosok yang diperhitungkan saat ini. AHY dalam waktu singkat berubah menjadi tokoh politik yang dikagumi. Itu salah satu bukti kalau SBY merupakan salah satu maestro politik.

Sehingga apabila SBY saat ini masih diam, bukan berarti Prabowo sudah bisa merayakan "kemenangan" setelah dibujuk Jokowi, semisal masuk ke kabinet. Jangan lupa, SBY juga butuh panggung itu demi memuluskan langkah AHY di Pilpres mendatang. SBY juga akan berusaha keras agar ikut ke gerbong Jokowi-Amin.

Di saat sama, Gerindra dan Prabowo akan merasa rugi bila Demokrat juga ikut bergabung dalam kabinet Jokowi. Bagaimanapun, AHY adalah ancaman baru bagi Prabowo di perhelatan berikutnya. Maka dengan segala cara, Prabowo tidak akan membiarkan SBY masuk ke kabinet Jokowi.

Dalam situasi seperti inilah strategi politik SBY kembali dinantikan. Apakah masih ada celah bagi SBY untuk merangsek masuk ke lingkaran Jokowi? Jika sudah tertutup, mungkinkah SBY akan menempatkan Demokrat sebagai oposisi? Segalanya masih sangat mungkin terjadi.

Tapi saya yakin, bakal ada kejutan baru dari SBY, sang ahli strategi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun