Mohon tunggu...
Ishak Pardosi
Ishak Pardosi Mohon Tunggu... Editor - Spesialis nulis biografi, buku, rilis pers, dan media monitoring

Spesialis nulis biografi, rilis pers, buku, dan media monitoring (Mobile: 0813 8637 6699)

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Hi Guys, YouTube Biang Kerok Rontoknya Industri Televisi

11 Agustus 2019   01:45 Diperbarui: 11 Agustus 2019   01:47 853
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Logo YouTube (YouTube.com)

Bukan isu baru sebetulnya, sudah diprediksi banyak orang sejak lama. Tepatnya ketika media daring alias online menjamur pada dekade lalu. Saat itu, koran dan majalah yang disebut media cetak mulai terancam. Digeser dengan sangat cepat oleh media online.

Revolusi media massa terjadi. Alhasil seperti kita tahu, banyak media cetak bertumbangan. Sebagian bertahan cepat menyesuaikan diri dengan beralih ke kanal online.

Kala media online sedang berkibar, tak lama muncul ancaman baru: media sosial khususnya Facebook dan Twitter, kemudian diikuti Instagram. Serangan medsos ini pun cukup mematikan bagi media online, walau pada awalnya sangat membantu dalam mendistribusikan tautan berita.

Ternyata, medsos berubah menjadi kanal tersendiri bagi narasumber berita dan langsung menjangkau ke area publik. Keberadaan media online perlahan tergeser karena informasi yang disajikan sesungguhnya sudah lebih dulu tersaji di medsos. Beritanya kemudian disebut "basi".

Belum selesai. Jika industri televisi masih aman di saat serbuan Facebook dan Twitter, tapi mimpi buruk YouTube ternyata tak terhindarkan. Siaran televisi lambat-laun ditinggalkan pemirsa, berpindah ke YouTube. Serangan Facebook Cs pun merambah ke semua industri media massa, cetak dan elektronik.

YouTube yang populer dengan kalimat sapaan "Hi Guys" ini, semakin menjadi-jadi setelah sejumlah artis dan figur publik terjun ke sana. Sebut saja Atta Halilintar atau Ria Ricis, yang sukses menciptakan fenomena baru: menjadi seorang YouTuber. Terlebih, konten yang ditawarkan YouTuber lebih fresh dan variatif.

Selain itu, penikmat YouTube bisa dengan leluasa mencari saluran yang diminatinya. Semuanya lengkap, bebas memilih sendiri. Berbeda dengan televisi yang acaranya ditentukan oleh pemilik stasiun.

Industri televisi semakin terpukul dengan semakin terjangkaunya harga data internet. Tak lagi mahal ketika era Facebook sedang berjaya. Semua makin kompak menikmati tayangan di YouTube bukan lagi di televisi. YouTube sukses merontokkan dominasi televisi selama ini.

Jadi kalau industri televisi saat ini mengalami keterpurukan, hal itu semata-mata terjadi karena biang kerok bernama YouTube. Namun, YouTube sama sekali tidak bisa dituntut. Memang begitulah konsekuensi kemajuan teknologi yang sangat pesat.

Akankah industri televisi akan gulung tikar seperti kebanyakan media cetak? Mungkin saja. Kelak, stasiun televisi di Indonesia kembali ke siklus semula. Hanya satu stasiun televisi yakni TVRI.

Bagi yang masih ingat, coba lanjutkan penggalan lirik lagu berikut ini: TVRI....menjalin......

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun