Wartawan memang nggak ada puasnya. Sudah disambut hangat dan ditawari makanan enak berkelas restoran bintang lima, tetap saja ingin lebih. Tak peduli acara buka bersama alias bukber dibalut silaturahmi perusahaan bersama media, tidak puas rasanya kalau tidak pulang membawa berita. Sekali lagi: membawa pulang berita, bukan yang lain. Kalaupun ada yang "lainnya", itu bonus saja.
Tradisi berburu berita di sela acara bukber media ini memang unik. Momen yang seharusnya digunakan untuk bersilaturahmi dengan narasumber seperti petinggi maupun humas perusahaan, malah dimanfaatkan untuk mengorek informasi-informasi terkini. Saling sapa dan bertanya kabar hanya sebentar saja. Selanjutnya: wawancara.
Tak lama, hasil wawancara itu sudah ditayangkan oleh situs berita masing-masing wartawan. Pada penggalan berita itu jamak terbaca: "Demikian dikatakan pejabat A di sela acara buka bersama media di sebuah restoran di Jakarta."
Tetapi sesungguhnya, tidak semua pejabat maupun humas perusahaan yang langsung bersedia diwawancarai pada momen bukber tersebut. Banyak dari mereka yang menolak halus karena mungkin waktunya kurang tepat. Terutama bila yang ditanyakan merupakan isu yang cukup sensitif bagi perusahaan.
Tetapi itu tadi, namanya juga berburu berita, wartawan selalu mengusahakan keterangan sekecil apapun. Boleh menyangkut kegiatan CSR, regulasi, maupun kinerja keuangan perusahaan bersangkutan. Pokoknya, harus ada bahan wawancara yang layak ditayangkan menjadi sebuah berita.
Demikian sekilas laporan soal tradisi berburu berita di kalangan pewarta. Kebetulan, sore tadi, saya diundang menghadiri bukber PetroChina, perusahaan migas yang salah satu lokasi operasinya berada di Provinsi Jambi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H