Prabowo ternyata gagal menghadirkan kejutan. Begitulah kesimpulan yang bisa dipetik dari simposium yang digelar capres 02 di Jakarta, Selasa (14/5/2019) sore.
Padahal pada malam sebelumnya, sembari mengumumkan acara simposium tersebut, cawapres Sandiaga Uno mengunggah foto bersama dengan Prabowo. Foto penuh senyuman, ceria pokoknya.
Tadinya saya menduga kalau simposium akan diisi dengan paparan data komplit soal kecurangan Pemilu. Misalnya saja, berapa banyak suara yang dicuri kubu lawan, pihak mana saja yang terlibat, serta dugaan lain yang seluruhnya dilengkapi bukti.
Sayangnya, Prabowo lebih banyak mengulangi apa yang telah diucapkannya selama ini. Yakni bahwa kecurangan Pemilu telah terjadi sehingga hasilnya wajib ditolak.
Prabowo menolak karena mempercayai bahwa tahapan pemilu banyak kecurangan, dari sebelum, pelaksanaan, hingga setelah pencoblosan.
Namun ada hal menarik yang juga disampaikan Prabowo, yakni segera menulis surat wasiat di kediamannya di Kertanegara, Jakarta. Sebelum menuliskannya, Prabowo mengaku akan lebih dulu mengundang dan berdiskusi dengan sejumlah pakar hukum.
Muncul pertanyaan, apa sih isi surat wasiat itu dan untuk apa? Apakah isi surat itu juga berupa ungkapan kekecewaan sekaligus penolakan Prabowo terhadap hasil Pemilu?
Jika surat wasiat itu hanya berisi ungkapan kekecewaan, lalu apa gunanya? Hal inilah yang kini masih tetap misteri.
Semoga saja surat wasiat itu tak berisi seruan kepada seluruh pendukung untuk turun ke jalan, yang oleh Amien Rais diubah namanya menjadi gerakan kedaulatan rakyat.
Sebab kalau isinya begitu, Prabowo dan timnya akan berhadapan dengan aparat keamanan yang jauh-jauh hari telah memasang kuda-kuda nan kokoh.
Kita berharap proses demokrasi di negeri ini tetap berjalan dengan baik tanpa konflik di antara sesama anak bangsa.