Mohon tunggu...
Ishak Pardosi
Ishak Pardosi Mohon Tunggu... Editor - Spesialis nulis biografi, buku, rilis pers, dan media monitoring

Spesialis nulis biografi, rilis pers, buku, dan media monitoring (Mobile: 0813 8637 6699)

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Jadi Pengacara Jokowi, Yusril Membela yang (Mungkin) Menang

6 November 2018   09:18 Diperbarui: 6 November 2018   09:35 629
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Yusril Ihza Mahendra secara mengejutkan bergabung ke kubu Jokowi. Ia bersedia menjadi pengacara Jokowi-Ma'ruf tanpa mendapat bayaran alias gratis. Padahal sebelumnya, Yusril kerap berbeda pandangan politik dengan Jokowi, meski bukan juga bagian dari kubu Prabowo.

Apa yang dilakukan Yusril sebenarnya biasa saja. Tidak ada yang istimewa di balik keputusan itu. Sebagai advokat, Yusril memiliki kebebasan dan kemerdekaan untuk membela siapapun yang menurutnya layak dibela. Dalam hal ini, Yusril memutuskan membela Jokowi-Ma'ruf. Sementara pada Pemilu 2014 lalu, ia adalah advokat bagi pasangan Prabowo-Hatta.

Dari sisi politik, keunggulan Jokowi atas Prabowo dalam berbagai survei belakangan ini merupakan pertimbangan logis bagi siapa saja untuk ikut dalam gerbong Jokowi. Sebab mustahil rasanya Yusril mau bergabung dengan Jokowi tanpa mempertimbangkan tingginya peluang kemenangan menghadapi Prabowo. Dengan kata lain, Yusril tak mungkin mendukung calon yang kira-kira akan kalah. Itu sangat normal dalam politik.

Apalagi Yusril yang juga menjabat Ketum Partai Bulan Bintang (PBB) memiliki kepentingan sendiri untuk membawa partainya lolos ke parlemen. Dengan bergabung ke Jokowi, ada harapan suara PBB akan ikut terdongkrak oleh tingginya popularitas Jokowi.

Sebelumnya, manuver serupa juga sudah dilakoni Ali Mochtar Ngabalin yang secara mengejutkan meninggalkan Prabowo dan bergabung dengan Jokowi. Sehingga bisa dikatakan, kedatangan Yusril ke kubu Jokowi hanyalah ingin menyusul Ngabalin yang telah lebih dulu menyatakan bergabung.

Dengan demikian, masuknya Yusril ke kubu Jokowi sebetulnya tidak perlu ditafsirkan macam-macam lagi. Misalnya, hal itu dilakukan karena kecewa dengan Prabowo atau penyebab lainnya. Keputusan Yusril ini murni semata-mata pertimbangan menang-kalah dalam politik. Bagaimanapun, Yusril sangat wajar berkeinginan menikmati kembali kue kekuasaan pada 2019 nanti, setelah sejak era SBY lengser dari panggung nikmatnya kekuasaan.

Pertanyaannya, bagaimana kalau Prabowo-Sandi yang ternyata menang di Pilpres 2019? Tentu saja Yusril sudah siap dengan risiko itu. Karena seperti kata orang bijak, politik adalah sebuah seni tentang kemungkinan. Mungkin menang dan mungkin juga kalah. Tidak ada yang pasti.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun