Mohon tunggu...
Ishak Pardosi
Ishak Pardosi Mohon Tunggu... Editor - Spesialis nulis biografi, buku, rilis pers, dan media monitoring

Spesialis nulis biografi, rilis pers, buku, dan media monitoring (Mobile: 0813 8637 6699)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengenang AC Manullang, Agen Intelijen Jebolan Eropa

1 September 2018   15:34 Diperbarui: 1 September 2018   19:08 1511
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu analisis intelijen AC, seperti tertuang dalam bukunya berjudul "Menguak Tabu Intelijen: Teror, Motif dan Rezim" terbitan 2001, sudah terbukti saat ini. Yakni ketika banyaknya informasi yang sengaja disebar pihak tertentu yang seolah-olah benar padahal tidak alias hoaks. Buku itu ditulis AC guna menyampaikan warning, estimasi, dan analisis ilmiah agar publik tidak mudah terkecoh dan tidak tersesat.

AC Manullang lahir di Lintong Ni Huta, Sumut pada 5 September 1935 dari pasangan Martin Manullang dan Sabena br Sihombing. Kedua orangtuanya buta huruf karena tidak pernah mengenyam pendidikan formal. Ia menghabiskan masa kecil di kampung halamannya. 

AC memulai petualangan ketika mengikuti Kongres Taman Siswa seluruh Indonesia di Yogyakarta 1952. Dari Yogya, ia tidak lagi kembali ke kampungya tetapi ke Jakarta. Masuk UI jurusan hukum dan pernah mewakili kampusnya menjadi salah satu delegasi Indonesia pada pertemuan mahasiswa Asia-Afirka.

Tahun 1960 ia hijrah ke Uni Soviet (Rusia) untuk belajar di Universitas Negeri Moskwa. Namun dia ditolak di sana hingga memutuskan untuk pindah ke Warsama ibukota Polandia. Namun hal serupa juga terjadi, ditolak KBRI setempat saat melapor. Ia kemudian mengembara ke Jerman Barat. Di sana, AC bernasib mujur setelah mendapat beasiswa dari sebuah gereja hingga belajar Marxisme di Kota Mainz.

Selama di Jerman, AC pernah menjadi Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI), hingga berkenalan dengan seorang atase pertahanan KBRI di Bonn. Sejak saat itulah AC mulai terjun dalam dunia intelijen. Gerak-geraknya mulai dicurigai pihak Jerman, namun ia kembali ditolong Prof Gerhard Mobus, seorang pengajar di Bundes Wehr (Angkatan Darat Jerman) sehingga urung diusir dari Jerman. Bahkan ia diangkat sebagai asisten dosen yang mengajar ilmu politik, hingga akhirnya meraih gelar doktor sosiologi politik.

Tahun 1970, AC kembali ke Indonesia dan menyadari atau mungkin sudah jatuh hati dengan dunia intelijen sehingga memutuskan bergabung dengan BAKIN. Ia pensiun dari BAKIN pada 10 September 1992 dengan jabatan terakhir Direktur Intelijen. Meski sebenarnya BAKIN tidak pernah mengenal istilah jabatan direktur secara resmi. Biasanya hanya menggunakan kode tertentu misalnya Direktur A, Direktur B, atau Dir 51, Dir 75.

Seandainya masih hidup, AC Manullang genap berusia 83 tahun pada 5 September 2018. Namun, walau ia sudah tiada, analisis intelijennya masih sangat relevan hingga sekarang. Selamat Ulang Tahun, AC Manullang. Tenanglah di sisi-Nya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun