Di mana Tuhan saat umatNya menderita? Atau apakah Tuhan tidak mendengar doa dari seorang hambaNya saat berseru meminta pertolongan? Haruskah Tuhan masih perlu diyakini keberadaanNya meski sama sekali tidak pernah menunjukkan kepedulian terhadap orang yang percaya kepada Dia?
Pastor Ferreira menyerah. Dia menyangkal imannya sebagai penganut Katolik. Penyangkalan itu terjadi secara simbolis saat menginjak fumie bergambar Yesus dan Bunda Maria, disaksikan Gubernur Nagasaki, Jepang. Fereira berganti keyakinan menjadi seorang Budha dan menetap hingga akhir hayatnya di Nagasaki. Ferreira tak kuat menahan siksaan fisik dan batin yang dengan brutal dipertontonkan oleh penguasa Jepang.
Itulah babak pembuka dalam "Silence", sebuah film karya Martin Scorsese yang tak sukses memperoleh cap lolos sensor dari lembaga film untuk ditayangkan di Tanah Air. Ihwal gagal lolos sensor itu tak perlu diperdebatkan, sepanjang film itu masih bisa dinikmati lewat saluran lain, misalnya atas bantuan Mbah Google yang Maha Tahu itu. Yuk, lanjut.
Kabar murtadnya Pastor Ferreira akhirnya sampai juga ke Macao, tempat Kolose Santo Paulus berdiri. Di sana, dua orang mantan murid Ferreira saat menimba ilmu di Seminari, amat penasaran tentang kebenaran kabar tentang gurunya itu. Dua orang pastor muda itu, Sebastiao Rodrigues dan Francisco Grupe tak yakin kalau Ferreira dengan mudah menyerah menyebarkan ajaran Kristus.
Lalu berlayarlah Rodrigues dan Grupe menuju Jepang. Lewat bantuan seorang nelayan pemabuk bernama Kicjhiro yang ternyata juga telah menganut Katolik sejak kedatangan Ferreira, kedua pastor muda itu pun resmi memulai petualangan dari desa ke desa di pedalaman Nagasaki.
Misi utama mereka sebenarnya adalah mencari Ferreira. Namun ternyata tak semudah itu. Mereka terjebak dalam pergolakan batin setelah menyaksikan kerinduan masyarakat desa yang diam-diam masih memeluk Katolik. Penduduk desa yang berprofesi petani itu sangat merindukan kehadiran seorang pastor di tengah-tengah mereka, walau ancaman selalu mengintai oleh kejamnya penguasa Jepang yang selalu mengawasi pertumbuhan Katolik peninggalan Ferreira.
Gerilya pelayanan Rodrigues dan Grupe pun akhirnya tercium juga oleh Gubernur Nagasaki. Sedangkan keberadaan Ferreira tak kunjung diketahui, kecuali sedikit informasi sama seperti yang mereka telah terima sebelumnya, bahwa mantan gurunya itu kini memeluk Budha. Kedua pastor itu lantas mengubah strategi yakni dengan berpencar guna mengetahui lebih cepat di mana sesungguhnya Ferreira berada.
Tetapi usaha itu sia-sia belaka. Mereka justru tertangkap oleh pasukan Jepang. Di bagian ini, petualangan Rodrigues lebih banyak ditampilkan. Sedangkan Grupe lebih dulu meregang nyawa setelah berusaha menolong penduduk desa yang ditenggelamkan ke dalam laut. Grupe akhirnya tak pernah bertemu dengan Ferreira. Adapun Rodrigues yang selalu saja diikuti dan "dikhianati" nelayan pemabuk Kicjhiro hingga meminta sakramen pengampunan dosa sebanyak empat kali, akhirnya betul-betul bertemu dengan Ferreira.
Tuhan Jawablah Doaku
Rodrigues melalui masa-masa sulit sebelum akhirnya dipertemukan dengan Ferreira. Namun, tak seperti Yesus, pergolakan batin Rodrigues justru hadir ketika ia harus menyaksikan kematian penduduk Katolik yang juga ditawan bersamanya. Sebagai seorang pastor berkebangsaan Portugal, Rodrigues diperlakukan cukup manusiawi ketimbang penduduk asli Jepang yang mendapat perlakuan sangat tidak manusiawi.
Di sinilah Rodrigues mulai mempertanyakan keberadaan Tuhan. Kenapa Tuhan tidak hadir saat penduduk Jepang yang telah menganut Katolik itu tidak memperoleh pertolongan saat mereka disiksa secara keji? Padahal dia telah berdoa sepanjang hari untuk keselamatan mereka. Kenyataannya, penyiksaan terus berlangsung tanpa ada ampun. Dia terus mencari Tuhan dalam keheningan. Tidak ada jawaban.