Siapa yang tidak kenal dengan slogan Cak Imin Cawapres 2019. Muhaimin Iskandar, sang Ketua Umum PKB sudah jauh-jauh hari mempersiapkan diri sebagai calon nomor dua di Indonesia dan enggan ikut-ikutan tagar #2019GantiPresiden. Bagi Cak Imin, menjadi pendamping capres saja sudah cukup. Syukur-syukur, pada Pemilu berikutnya, jalan menuju kursi presiden niscaya akan lebih mudah.
Digandenglah Jokowi sebagai capres, lebih tepatnya "dikawin-paksa" oleh Cak Imin. Strategi yang sangat jitu mengingat Jokowi apabila memang terpilih kedua kalinya, tentu tak lagi bisa maju kembali di Pipres 2024 karena terhalang konstitusi. Itulah yang peluang yang dinantikan Cak Imin hingga rela memasang target sebagai wapres.
Dari sisi elektabilitas, Cak Imin mempunyai modal yang cukup tinggi karena membawa gerbong pemilih NU. Sedangkan PKB, juga layak jual dari sisi persyaratan pengajuan capres-cawapres.
Suara PKB di parlemen lumayan besar, setidaknya mampu memenuhi setengah suara dari total yang dibutuhkan. Dengan demikian, memasangkan Jokowi-Cak Imin secara teori sangat masuk akal menjadi pasangan yang sulit terkalahkan.
Namun politik tak selamanya begitu. Ada faktor tertentu yang sulit ditawar dan berubah laksana tembok nan tebal. Dialah Puan Maharani, sang puteri mahkota Megawati Soekarnoputri.
Mega sebagai pemegang mandat PDIP untuk menentukan capres tentu tak semudah itu merestui Cak Imin. Sebab ini berkaitan dengan suksesi kepemimpinan setelah periode Jokowi usai.
Masa sih Mega membiarkan putrinya tidak mencicipi kekuasaan paling tinggi di negeri ini, sebagaimana telah dia nikmati pada periode 2001-2004 lalu?
Mega tentu masih ingat bagaimana Gus Dur pernah mengubur mimpinya menjadi Presiden setidaknya dalam dua tahun sebelum direbutnya lewat bantuan Amien Rais. Pengalaman pahit itu jangan sampai pula menimpa Puan, apalagi Cak Imin tak lain adalah representasi Gus Dur.
Dengan memasangkan Jokowi-Puan, maka harapan Mega kembali berkuasa pada 2024 paling tidak sudah hampir final. Sebagai cawapres petahana nantinya, Puan akan jauh lebih mudah merebut kursi Istana.
Di saat yang sama, Jokowi tak punya banyak pilihan kecuali mengikuti kehendak Mega. Salah-salah, Mega berhak mencabut tiket capres dari Jokowi dan menyerahkannya kepada capres lain, termasuk mungkin kepada Prabowo. Jokowi tak mungkin ingin itu terjadi.
Tanda-tanda hilangnya asa Cak Imin mendampingi Jokowi sudah terlihat dari tiga kriteria cawapres yang dirilis elite PDIP.