Mohon tunggu...
Ishak Pardosi
Ishak Pardosi Mohon Tunggu... Editor - Spesialis nulis biografi, buku, rilis pers, dan media monitoring

Spesialis nulis biografi, rilis pers, buku, dan media monitoring (Mobile: 0813 8637 6699)

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Terjebak Perang Medsos, PSI Layu sebelum Mekar?

5 Maret 2018   23:10 Diperbarui: 6 Maret 2018   09:13 6463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Konferensi Pers PSI (Twitter.com/psi-id)

Partai Solidaritas Indonesia (PSI), partai pendatang baru di Pemilu 2019 nanti langsung mengundang kontroversi di jagad maya. Adalah Fadli Zon, Waketum Gerindra, yang tampil sebagai lawan tangguh bagi Sekjen PSI, Raja Juli Antoni. Keduanya terlibat perang media sosial (medsos) yang dipicu oleh dua hal yakni tertangkapnya sindikat penyebar hoaks MCA serta diterimanya pimpinan PSI di Istana oleh Presiden Jokowi. Dari situlah perang medsos Fadli-Raja bermula.

Di jagad maya, seperti biasa warganet akan terbelah menjadi dua kubu. Satu pendukung Fadli dan satu lagi terus mendukung Raja dan PSI. Sulit menentukan siapa sesungguhnya pemenang dari medsos itu lantaran linimasa yang terus bergerak seolah tanpa komando. Masing-masing kubu terus saling menyindir, saling mengungkit, tak jarang pula saling mencibir. Semua campur aduk.

Entah karena dukungan yang mengalir deras itu, Raja Juli barangkali terbawa emosi sehingga menanggapi pelaporan Fadli Zon terhadap Ananda Sukarlan ke Bareskrim Polri, Jumat (2/3/2018). Fadli lantas merasa difitnah karena Ananda mengaitkan pertemuan antara Fadli, Ketua Umum Prabowo Subianto dan seorang bernama Eko pada 2017 silam dengan kelompok MCA.

Usai pelaporan itu, Raja Juli bercuit soal dukungan terhadap Ananda. Sayangnya, dalam cuitan itu Raja Juli kembali menyindir Fadli sebagai orang yang menyebarkan hoaks setiap hari. Tak terima, Fadli pun berjanji ikut melaporkan Raja Juli ke Bareskrim dengan tuduhan yang sama seperti Ananda. Ancaman Fadli pun disambut Raja Juli, yang masih tetap merasa percaya diri bahwa kepolisian akan bertindak profesional terhadap rencana pelaporan Fadli Zon.

Namun, jika ditelisik lebih jernih, Raja Juli sebetulnya sedang melakukan blunder dengan menanggapi ancaman Fadli. Alasannya, PSI merupakan partai baru yang membutuhkan banyak pendekatan positif terhadap masyarakat. Jika nanti Raja Juli harus bolak-balik Bareskrim untuk dimintai keterangan, bukan tidak mungkin akan mendatangkan citra negatif terhadap PSI itu sendiri. Sah-sah saja PSI mengklaim tidak gentar dengan laporan Fadli, namun Fadli dan Gerindra bukanlah orang baru di dunia politik.

Bahkan jika dibandingkan, PSI dan Gerindra ibarat cicak melawan buaya. Walaupun memang, semua orang sama di hadapan hukum dan semua orang juga mempunyai kesempatan yang sama dalam dunia politik. Tidak ada monopoli dalam politik sejak era reformasi bergulir.

Tetapi bagaimana seandainya nanti kepolisian malah menetapkan status tersangka kepada Raja Juli? Konsekuensinya tentu saja ia harus mengundurkan diri sebagai Sekjen PSI. Sebab bila tidak, ia akan kembali diserang kubu Fadli sebagai pihak yang tidak jantan. Kemudian, apabila Raja Juli akhirnya mengundurkan diri, tentu akan mempengaruhi kinerja PSI itu sendiri. Pasalnya, jabatan Sekjen merupakan bagian dari sentral kepemimpinan bersama Ketua Umum PSI, Grace Natalie.

Hal inilah yang sepertinya rawan membuat PSI akan layu sebelum mekar. Seyogianya, PSI tidak terlalu penting terlibat perang medsos, apalagi terkait dengan isu-isu yang sensitif. Akan berbeda ceritanya apabila PSI gencar mengkampanyekan banyaknya calon kepala daerah yang terjaring OTT KPK di tahun politik ini.

Sebetulnya, peringatan terhadap PSI agar tidak terlalu kencang mengomentari situasi politik nasional sudah pernah disampaikan Ketua Umum Hanura Oesman Sapta Odang (OSO). Jangan ajari bebek berenang, begitulah petuah OSO beberapa waktu lalu, menanggapi pidato politik Grace Natalie yang menyindir partai senior.

Kini, PSI malah terlibat perang medsos yang sebetulnya kurang mengenai substansi perjuangan partai politik yang sebenarnya. Perang medsos boleh-boleh saja selama masih dalam koridor yang secukupnya. Akankah PSI akan layu sebelum mekar? Menarik dinantikan.

Artikel ini telah ditayangkan juga di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun