Mohon tunggu...
Ishak Pardosi
Ishak Pardosi Mohon Tunggu... Editor - Spesialis nulis biografi, buku, rilis pers, dan media monitoring

Spesialis nulis biografi, rilis pers, buku, dan media monitoring (Mobile: 0813 8637 6699)

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mengintip Tiga Skenario Cawapres Prabowo

4 Maret 2018   20:06 Diperbarui: 4 Maret 2018   20:18 1047
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prabowo Subianto (Foto: Kompas.com)

Prabowo Subianto dipastikan akan kembali bertarung di Pilpres untuk ketiga kalinya di tahun depan. Walau pendeklarasian Prabowo sebagai capres belum diumumkan tetapi niat Ketua Umum Gerindra itu sepertinya sudah bulat untuk kedua kalinya berlaga melawan Jokowi yang telah lebih dulu mengantongi tiket capres dari PDIP. Pendiriannya tetap sebagai capres dan bukan cawapres meski Istana mencoba mendekati Prabowo seperti diungkapkan Waketum Gerindra kepada media.

Keputusan Prabowo yang ingin tetap sebagai capres juga mendapat angin segar dari PKS, rekan koalisi Gerindra sejak 2014. Presiden PKS, Sohibul Iman saat bertandang ke kediaman Prabowo di Jalan Kertanegara, Jakarta, Kamis (1/3/2018) juga mengaku mendapat tawaran dari Istana, meski akhirnya ditolak. Pernyataan Sohibul itu juga sekaligus menegaskan bahwa PKS akan tetap setia beroposisi bersama dengan Gerindra.

Tak dapat disangkal, kesetiaan Gerindra dan PKS menjadi ancaman serius bagi Jokowi. Pasalnya, kedua partai ini sudah cukup suara untuk mengusung pasangan capres-cawapres. Namun begitu, keduanya dipastikan akan tetap membuka pintu bagi tiga parpol yang sejauh ini belum memutuskan capres dukungannya. Ketiga parpol itu adalah Demokrat, PKB, dan PAN. Jika ketiga parpol ini memilih bergabung, itu berarti pertarungan Jokowi-Prabowo akan sama-sama diusung lima parpol penghuni parlemen.

Lantas, siapa yang bakal mendampingi Prabowo sebagai cawapres? Setidaknya terdapat tiga skenario yang mungkin ditempuh kubu Prabowo.

Pertama, menggandeng Anies Baswedan. Opsi ini merupakan prioritas mengingat Anies dikenal dekat dengan PKS. Itu artinya, paket capres-cawapres murni perpaduan Gerindra dan PKS. Apalagi, nama Anies belakangan kian moncer sebagai cawapres yang diyakini mampu mendongkrak perolehan suara Prabowo. Jika opsi ditempuh, maka Demokrat, PKB, dan PAN kemungkinan akan ikut bergabung dengan posisi tawar sejumlah kursi menteri.

Kedua, menggandeng AHY sang putera mahkota Cikeas. Pilihan ini cukup masuk akal dengan pertimbangan suara Demokrat di DPR yang lebih banyak dari PKS, PKB, dan PAN. Sehingga pasangan Prabowo-AHY akan menampilkan kekuatan besar karena mendapat dukungan langsung dari SBY. Sebagai putera mahkota, SBY dipastikan akan kembali turun gunung untuk total memenangkan Prabowo-AHY. Opsi duet Prabowo-AHY kemungkinan besar akan didukung PKS mengingat Demokrat dan PKS di masa pemerintahan SBY adalah teman koalisi walau PKS sering berbuat "nakal". Jika siap bergabung, PKB dan PAN akan diberikan jatah beberapa pos menteri.

Ketiga, menggandengkan Prabowo dan Muhaimin Iskandar alias Cak Imin. Sebagai tokoh politik dengan basis massa NU, Cak Imin tentu saja mempunyai daya tawar cukup tinggi. Cak Imin juga mempunyai modal jumlah suara PKB di parlemen yang lebih banyak dari PKS. Namun, jika opsi diambil, Demokrat dan PAN belum tentu mau bergabung. SBY tentu tak lagi berharap kursi menteri setelah 10 tahun berkuasa sebagai presiden. AHY setidaknya dipasang target sebagai cawapres sebelum menapak karir sebagai capres nantinya. Sedangkan PAN disinyalir akan mengikuti arah politik Demokrat sebagai konsekuensi hubungan keluarga antara SBY dan Ketua Umum PAN, Zulkifli Hasan.

Dari ketiga skenario tersebut, Prabowo tinggal menentukan opsi mana yang lebih berpeluang mengantarkannya ke singgasana Istana. Apakah hanya mengandalkan kawan lama PKS, atau harus mengajak serta gerbong Demokrat, PKB, dan PAN.

Siapa terpilih?

Artikel ini telah ditayangkan juga di SINI

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun