Mohon tunggu...
Ishak Pardosi
Ishak Pardosi Mohon Tunggu... Editor - Spesialis nulis biografi, buku, rilis pers, dan media monitoring

Spesialis nulis biografi, rilis pers, buku, dan media monitoring (Mobile: 0813 8637 6699)

Selanjutnya

Tutup

Money

Kata Pak Jokowi, Rintislah Startup yang Ndeso dan Baper

28 September 2017   17:05 Diperbarui: 28 September 2017   17:10 864
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jokowi di Pasar Boyolali (Detikcom)

Anda mungkin sedang merencanakan bisnis rintisan (startup) yang kira-kira punya prospek bisnis besar. Saya pun begitu, seringkali ingin memulai usaha startup dengan hanya bermodalkan ponsel dan jaringan internet. Tidak perlu bangun pagi dan pulang sore, rupiah pun akan terus mengalir ke rekening kita. Cukup berkutat dengan kamera ponsel, utak-atik sedikit, buat informasi produk, dan pembeli pun tergiur. Enak, tenan!

Barangkali, Anda dan saya juga sama, yakni kesulitan menemukan bisnis apa yang mau dijalankan. Mau jualan kaos kaki, baju anak, mainan anak, atau jenis barang lainnya, kini sudah bertaburan di beberapa startup yang lebih dulu berdiri. Hampir semua produk dan jasa bisa ditemukan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Ingin mencoba berkreasi yang lebih unik? Coba berselancar dulu di Google, ternyata ide kita juga sudah banyak bertengger di sana. Betul-betul diserbu dari semua lini.

Begitulah yang terjadi saat ini. Perkembangan bisnis digital sudah mencapai puncaknya di Indonesia. Di sisi lain, Presiden Jokowi meminta agar pebisnis startup di Indonesia agar sebaiknya melupakan impian untuk menyaingi Google ataupun Alibaba. Percuma saja melawan Google, buang-buang waktu.

Alternatifnya, saya dan Anda harus terus belajar tentang apa yang sebetulnya diinginkan orang Indonesia. "Orang Amerika Serikat tidak akan mengerti apa itu 'ndeso' dan orang Tiongkok tidak akan tahu apa 'baper'," canda Presiden Jokowi dalam sebuah acara startup di Jakarta, Kamis (28/9).

Ndeso dan Baper, merupakan dua kata kunci yang telah diberikan Jokowi. Sekarang tugas kita adalah bagaimana merancang bisnis yang betul-betul sesuai dengan selera dan budaya di Tanah Air. Tetapi kalau mau dibandingkan, apakah startup lokal seperti Bukalapak.com telah merepresentasikan 'ndeso' dan 'baper'? Tentu tidak, tetapi startup tersebut telah berhasil mencuri peluang di awal pesatnya perkembangan teknologi internet di Indonesia.

Jika demikian, agaknya pesan yang ingin disampaikan Presiden adalah bagaimana pelaku usaha di Indonesia agar terus melakukan inovasi berkelanjutan. Namun, inovasi tersebut harus dipadankan dengan kebiasaan "latah" orang Indonesia. Singkatnya, mengikuti atau bahkan menciptakan tren baru. Misalnya, bulan September musimnya jualan payung, sementara Oktober sudah waktunya berdagang sepatu. Demikian seterusnya, menyesuaikan dengan keinginan pasar.

Tantangan menyesuaikan bisnis dengan selera pasar tentu ada, terutama bila dikaitkan dengan modal usaha yang terbatas. Ketika stok payung masih banyak, harus dengan cepat pergi belanja sepatu. Dengan kata lain, tidak ada lagi monopoli dalam bisnis startup yang kerap mendominasi penjualan produk maupun jasa. Semua pebisnis startup berpeluang menjadi "jagoan" tanpa harus memiliki jam terbang yang tinggi, misalnya. Namun lagi-lagi, dibutuhkan modal yang tidak sedikit untuk melakoni dua atau bahkan lebih produk yang berbeda-beda.

Kabar baiknya, Presiden menjamin pemerintah tidak akan memberlakukan peraturan yang rumit terhadap pelaku bisnis startup. Jaminan ini sangat penting agar pertumbuhan ekonomi di skala kecil dan menengah tidak terganggu.

Nah, kalau ditanya, bisnis apa sih yang ndeso dan baper itu? Apa jawaban Anda?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun