SIAPA yang tak kenal dengan politisi Fahri Hamzah? Pernyataan politiknya kerap membuat polemik yang seolah tiada ujungnya. Meski sudah tak diakui PKS, Fahri terbukti kokoh menjabat anggota DPR sekaligus Wakil Ketua DPR mewakili PKS. Ia melawan keputusan PKS yang sebenarnya telah mencoret namanya dari struktur kepartaian. Terlepas pihak yang mana betul secara hukum, yang jelas Fahri telah menunjukkan perlawanan dengan menempuh ruang-ruang hukum yang tersedia.
Itulah salah satu alasan kenapa kita (publik) sudah seharusnya berterimakasih kepada Fahri. Perlawanan Fahri ini telah menunjukkan bahwa partai politik tidak boleh sembarangan memberhentikan kadernya. Â Selalu ada proses keseimbangan kekuasaan meski Ketua Umum ataupun sebutan lain yang setingkat dengannya, selama ini kerap dipandang sebagai penentu utama kebijakan yang bersifat final.
Sepak terjang Fahri selanjutnya yang layak diapresiasi adalah upaya evaluasi parlemen terhadap KPK. Isu ini tentu saja sangat sensitif dan sama sekali tidak populis bagi seorang politisi. Dengan menyentil KPK saja, dipastikan perlawanan dari berbagai penjuru akan segera menderu. Namun, Fahri tetap melaju. Dia tidak peduli dengan mengevaluasi KPK akan berimbas besar terhadap nama baiknya. Berapa banyak politisi DPR yang berani mengikuti jejak Fahri untuk mengevaluasi KPK?
Perlu ditegaskan, saya menilai Fahri bukanlah anti terhadap pemberantasan korupsi. Akan tetapi, dia hanya ingin memastikan proses "pembersihan" korupsi juga harus tetap dilakukan sesuai aturan main. Hal ini yang sering luput dari perhatian publik yang pada akhirnya menempatkan Fahri sebagai sosok yang ingin menghancurkan KPK.
Berikutnya, ini yang mungkin paling fenomenal, adalah adu pendapat Fahri dengan seorang politisi muda perempuan dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Sebagai politisi senior, Fahri tentu saja sangat bangga dengan adanya politisi muda Indonesia yang betul-betul memiliki perhatian serius terhadap persoalan bangsa. Akan tetapi, Fahri juga menggarisbawahi, bahwa politik bukanlah segamblang itu. Saya berpendapat, Fahri tidak ingin politisi muda terjebak dalam gincu politik yang di luar tampak indah tetapi di dalam penuh kepalsuan. Fahri ingin mengingatkan itu.
Terkait gincu politik ini, kita tentu sudah banyak menyaksikan peristiwa politik yang tidak terduga sebelumnya. Hari ini berseberangan, besok berangkulan tangan. Itulah politik. Nah, Fahri ingin mengajarkan hal itu.
Begitulah sekilas pemahaman saya tentang jejak politik Fahri Hamzah. Kendati banyak orang yang mencibir gerakan politiknya, saya melihat Fahri masih di jalur yang tepat. Sejauh ini, Fahri selalu berkomentar dengan pedas tetapi tetap terukur dalam koridor kesantunan. Satu lagi, Fahri sejauh ini belum pernah terlibat dalam kasus korupsi.
Oh ya, bukankah dengan seringnya parlemen berseberangan pandangan dengan pemerintah merupakan pertanda hadirnya keseimbangan kekuasaan? Justru publik seharusnya resah apabila parlemen dan pemerintah selalu tertawa bersama-sama. Maka sudah seharusnya publik berterimakasih kepada Fahri Hamzah.
Catatan: Saya sama sekali tidak mengenal Bung Fahri. Sehingga artikel ini terlepas dari kepentingan pribadi ataupun kelompok.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H