Mohon tunggu...
Ishak Pardosi
Ishak Pardosi Mohon Tunggu... Editor - Spesialis nulis biografi, buku, rilis pers, dan media monitoring

Spesialis nulis biografi, rilis pers, buku, dan media monitoring (Mobile: 0813 8637 6699)

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Indahnya Kampung Pelangi di Semarang

20 Juli 2017   23:26 Diperbarui: 21 Juli 2017   06:20 945
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu pintu masuk Kampung Pelangi (Pribadi)

SELAMAT Datang di Kampung Pelangi. Begitulah tulisan yang terpampang di salah satu pintu masuk yang tak bergerbang itu. Ya, Kampung Pelangi, sesuai namanya, merupakan sebuah kampung di Kota Semarang, Jawa Tengah, yang seluruh bagian luar rumah dicat berwarna-warni.

Senin (17/7), saya dan keluarga akhirnya mendatangi Kampung Pelangi. Ihwal kedatangan kami tak lain karena penasaran dengan cerita seorang teman, yang menyebut Kampung Pelangi yang terletak tak jauh dari pusat kota Semarang, sangat menarik dikunjungi. Benar saja, Kampung Pelangi, memang sangat indah karena letak dan warna-warni yang menyelimuti kampung itu sangat memanjakan mata.

Kenapa letaknya harus dibahas? Tak lain, agar Anda bila hendak bepergian ke sana, mempersiapkan stamina terlebih dahulu. Sebab, Kampung Pelangi tak berbeda jauh dengan kondisi pebukitan di Puncak, Bogor. Saya menghitung, hanya lima rumah dari pintu masuk saja yang terletak sejajar dengan tinggi jalan raya. Sisanya, Anda akan disuguhkan dengan tanjakan ekstrim hingga ke puncak. Jika tak kuat, sebaiknya urungkan saja untuk terus menaiki jalanan setapak berbentuk anak tangga yang juga dicat berwarna pelangi itu.

Deretan rumah di Kampung Pelangi (Pribadi)
Deretan rumah di Kampung Pelangi (Pribadi)
Uniknya, Kampung Pelangi, yang menurut salah satu pedagang di sana terdiri dari sekitar 600 rumah tersebut, mempunyai "jalan tikus" yang saling terhubung. Itu artinya, kita bisa mengelilingi seluruh bagian Kampung Pelangi dari gang ke gang hingga mencapai ke Puncak. Nah, dari Puncak, kita bisa menikmati pemandangan berupa jalan raya, sebagian kota Semarang, dan pebukitan hijau yang terletak di kejauhan.

Warna-warni di Kampung Pelangi, masih menurut penuturan pedagang, merupakan yang terbesar saat ini. Maksudnya, jumlah rumah yang kompak dicat serentak. Meski begitu, cat dan biaya pengecatan seluruhnya ditanggung oleh Pemkot Semarang. "Paling kami menyiapkan minuman kopi saja buat yang kerja," ujar ibu pedagang yang terletak di pintu masuk Kampung Pelangi.

Ya, dengan disulapnya kampung tersebut berwarna pelangi, memang sekaligus mengubah atau setidaknya mendatangkan rezeki baru bagi para penduduk. Hampir seluruh penduduk di sana akhirnya membuka lapak dagangan, seperti menyediakan minuman, makanan, hingga menyewakan payung warna-warni. Jangan khawatir, harga yang ditawarkan pedagang tetap sama dengan harga di luar. Tidak ada perbedaan harga.

Gembok Cinta (Pribadi)
Gembok Cinta (Pribadi)
Bagi kawula muda, mungkin ritual "gembok cinta" juga bisa dicoba. Sederet gembok kini sudah menggantung di sana, tepatnya di jembatan Kali Semarang, yang menghubungkan Kampung Pelangi dengan Jalan Raya.

Namun, ini sedikit masukan, ada baiknya pemerintah dibantu penduduk setempat untuk lebih memperhatikan keindahan Kali Semarang. Gundukan tanah di sisi Kali sebaiknya dibersihkan dan dirapikan agar aliran air lebih lancar dan tentu saja akan lebih menarik perhatian.

Kali Semarang butuh perawatan (Pribadi)
Kali Semarang butuh perawatan (Pribadi)
Sebagai informasi, untuk menikmati Kampung Pelangi, tidak ada biaya masuk alias gratis. Kehadiran Kampung Pelangi semakin indah oleh adanya toko bunga yang berjejer di sepanjang jalan Dr Sutomo, persis membelakangi Kampung Pelangi.

Oh ya, untuk menuju ke sana dari pusat kota juga relatif mudah oleh hadirnya Trans Semarang yang wara-wiri mirip TransJakarta di Ibu Kota.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun