Jagad politik domestik kita makin diramaikan dengan isu capres cawapres. Lumayan banyak juga yang pengen jadi pemimpin tertinggi di negeri ini. Ada yang sudah tegas menyatakan, tapi belum berani mendeklarasikan. Kebanyakan berdalih " semua bergantung partai", "partai sudah mengamanatkan si anu yang jadi capres", "kita masih menunggu keputusan", dan lain sebagainya.
Ada juga yang aneh, yang sudah jelas-jelas partai gurem dengan kursi sebatas solmisasi tapi pede pula ketua umumnya 'ngotot ikut kontestasi. Lebih aneh lagi, bukan kader salah satu partai, tapi pede menyatakan siap jadi capres 2024. Anda tahulah siapa yang dimaksud, ya?
Nah ... masih ada lagi, yaitu PDIP dengan mbak Puan Maharani. Secara kasat mata, modal yang dimilikinya "hanya" berasal dari "warisan": putri Ketua Umum yang mendapat mandat sangat khusus sebagai satu-satunya orang yang menentukan siapa yang berhak jadi capres/cawapres, Ketua DPR, cucu Proklamator Kemerdekaan Bung Karno (faktor hereditas sangat kuat di partai ini). Orang awam -- apalagi yang "sinis" -- akan mudah berpendapat bahwa itu semuanya bukan didapat dari hasil kerja keras.
Faktanya lagi, elektabilitas mbak Puan juga selalu di urutan kelompok paling buncit. Selalu satu digit. Survei terbaru Charta Politica mencatat angka 2,4% sedangkan pemuncaknya adalah Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Tengah yang adalah kader PDIP dengan 37,5%.Â
Padahal para pendukung Puan sudah pakai upaya pemasangan baliho raksasa Kepak Sayap Kebhinnekaan di mana-mana (yang sempat juga diprotes banyak orang), bahkan "melawan" kader partai sendiri yang sudah jelas punya elektabilitas tertinggi dengan tidak mendukung bahkan menyisihkan Ganjar.
Kenapa Puan 'nggak sabar saja menunggu periode berikutnya? Berikan pada kader yang jelas-jelas selalu meraih angka tertinggi elektabilitas. Lima tahun mendatang bisa dimanfaatkan untuk bekerja keras dan berprestasi jelas, bukan sebagai "anak emas".
Apa yang perlu diperbaiki oleh mbak Puan Maharani? Dua hal, yakni komunikasi dan prestasi!Â
Lepaskan diri dari hidup di bawah bayang-bayang bu Mega Soekarnoputri. Tunjukkan bahwa memang punya kapasitas dan kompetensi.
Jika dipaksakan, potensi perpecahan akan timbul di antara kader dan simpatisan. Berikan golden ticket sebagai satu-satunya partai yang berhak mencalonkan pasangan capres/cawapres tanpa harus berkoalisi hanya kepada kader yang memang pantas untuk diberikan dukungan. Bersatulah PDIP, satukan semua potensi! Â Â
Potensi friksi mulai terbentang dengan adanya Dewan Kolonel sebagai bentukan pemimpin fraksi PDIP di Senayan yang mendukung Puan. Sisi lainnya adalah Dewan Kopral yang dibentuk simpatisan Ganjar selaku relawan akar rumput.