Sepanjang tadi malam aku dibikin kesal dengan tontonan yang ditayangkan langsung beberapa televisi swasta nasional.Â
Dimulai siang melalui internet yang menyiarkan "laporan pandangan mata" kekesalan melihat bagaimana polisi melibatkan pasukan ratusan orang dengan kendaraan dan senjata layaknya sedang berburu teroris namun tanpa hasil. Â
Iya, tanpa hasil! Dalam artian, penjemputan paksa tersangka pelaku pencabulan terhadap santriwati di pondok pesantren orangtuanya sendiri tak kunjung berhasil. Itu bikin kesal sangat serius!
Polisi terkesan lemah, bahkan sangat lemah. Menjemput paksa satu orang yang "bukan siapa-siapa" pun polisi terkesan tak punya kemampuan dan kuasa.
Dengan pasukan sebegitu banyaknya malah kalah gertak dengan penghuni pondok pesantren yang besar kemungkinan "tidak punya apa-apa" dibandingkan dengan kelengkapan yang dimiliki oleh polisi. Mereka berhasil menguasai arena.
Untunglah puluhan orang kemudian diangkut karena dianggap menghalangi polisi dalam bertugas. Lewat tengah malam sang penjahat kemudian "menyerahkan diri".
Tapi kesan polisi yang sangat lemah sudah terlanjur tercipta. Sebagai aparat hukum yang selayaknya bertindak tegas dan adil (sama semua orang di mata hukum) tidak terlihat dengan tayangan pejabat kepolisian yang "di-drive" oleh kyai yang menentukan kapan harus menyerahkan si anak bejat untuk diproses hukum.
Ke depannya, orang-orang akan belajar dari kejadian tersebut dan bisa saja mengesankan pemerintah sangat lemah dalam menghadapi orang-orang tertentu seperti ulama dengan ratusan pendukungnya.
Kesannya, polisi takut menghadapi massa sipil dengan ulama sebagai tokohnya.Â
Sepertinya kita 'nggak pernah punya polisi yang berani dan tegas memberangus HTI dan FPI dengan ulama besarnya sendiri yang terbukti lebih jahat dan lebih buruk daripada sekadar penghuni pondok pesantren Shiddiqiyyah Ploso di Jombang yang berhasil mempertontonkan keperkasaannya mengendalikan polisi dan situasi selama beberapa jam yang sangat mengesalkan pemirsa televisi.Â
Anda kesal juga, 'kan?