Mohon tunggu...
Pardosa Godang
Pardosa Godang Mohon Tunggu... Dosen - Pelayan, pengajar dan pembelajar

Haus belajar, harus terus sampai aus ...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tak Heran Ada Gap Sekolah Swasta dan Negeri

9 Juni 2022   18:19 Diperbarui: 9 Juni 2022   18:27 1288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini pengalaman nyata menyekolahkan anakku di sekolah swasta dan negeri. Ketika pindah ke Jakarta, kami sudah dicekoki oleh sekolah-sekolah yang layak dijadikan opsi dalam menentukan sekolah pilihan. Semua bagus-bagus, tentunya. Dari pilihan yang ada, kami (aku dan isteri) memutuskan untuk menyekolahkan anak ke SMP Swasta.

Konsekuensinya berat. Selain biaya pendidikan yang sangat mahal (berpuluh kali lipat dibanding uang kuliahku dulu ...) pertarungan antar murid juga sangat ketat. Para orangtua mudah menjadi panik ketika mendapat teguran dari guru tentang perkembangan prestasi murid. Bertambah lagi paniknya ketika mendengar murid lain mengikuti les -- belajar dan atau keterampilan lain -- yang belum diikuti oleh anaknya. Fokus tertuju pada prestasi anak yang harus unggul dan menjadi jawara, eh ... juara. Yang membuatku prihatin -- kombinasi sedih dan kasihan -- adalah setiap kali memeriksa kamar anakku yang sudah terlelap dengan buku-buku masih ada di pangkuannya ...

Suatu pandangan yang biasa bila setiap pagi -- sebelum pandemi Covid-19 -- melihat banyak asisten rumah tangga menarik troli masing-masing anak majikan yang berisi buku-buku dan keperluan sekolah lainnya. Penyebabnya? Tas punggung yang sudah berat disandang sang murid sudah 'nggak muat lagi sehingga butuh bantuan asisten rumah tangga untuk membawakan tas yang lain yang bahkan seringkali lebih berat.

Guru-guru yang berdedikasi dengan kualifikasi sangat bagus tentunya, ditambah dengan lingkungan belajar-mengajar yang sangat mendukung dan sangat kompetitif tidak mengherankan jika sekolah swasta tersebut menghasilkan murid dan lulusan dengan predikat terbaik. 

Ujian masuk di awal pendaftaran yang sangat ketat sudah menjadi saringan pertama yang memastikan hanya "bibit unggul" yang layak tumbuh di sekolah tersebut. Konon, jika ada murid yang tidak mampu berkompetisi secara akademik dan tak berprestasi sehingga harus tinggal kelas (langka terjadi), biasanya sekolah menawarkan untuk pindah ke sekolah lain dengan "hadiah" naik kelas ...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun