Minggu lalu dalam perjalanan ke Pekanbaru, aku terbang dengan menumpang pesawat milik maskapai penerbangan yang paling baru yang mengklaim dirinya menyasar kaum milenial.
Identitas itu disampaikan dengan sapaan khas dan tersedianya fasilitas jaringan internet setelah mengunduh aplikasi terlebih dahulu. Pulang dan pergi, karena maskapai ini yang paling pas, baik jadwal terbangnya maupun harga tiketnya.
Pesawat penuh terisi dengan penumpang yang 'nggak jauh berbeda dengan penerbangan lainnya yang tidak secara khusus menyasar kaum milenial. Jujur, aku 'nggak mendapatkan feeling sedang menikmati penerbangan kaum milenial (mungkin karena bukan golongan usia milenial sehingga 'nggak bisa menikmatinya ...).
Menjelang mendarat, layaknya penerbangan lain, pramugari menyampaikan tentang ketentuan urutan turun dari pesawat. Tidak sekaligus, melainkan per lima nomor kursi penumpang. Dimulai penumpang yang duduk di kursi nomor 1 sampai nomor 5, lalu disusul oleh 6 sampai 10, demikian selanjutnya. Bagi yang belum gilirannya, penumpang diminta duduk di kursi masing-masing. Bagus, 'kan?
Namun apa yang terjadi, begitu pesawat berhenti dengan sempurna dan ada aba-aba dari pilot bahwa pintu pesawat sudah bisa dibuka, hampir semua penumpang langsung berdiri, membuka kabin, mengambil barang bawaan untuk kemudian berdiri untuk berebut turun. Tanpa giliran sesuai instruksi pramugari.
Kenapa bisa begitu? Ya, karena pramugari hanya memberikan perintah tanpa mengawasi pelaksanaannya. Demikian juga dengan keharusan mematikan ponsel selama dalam pesawat (namun lihatlah betapa riuh-rendahnya suara telponan mengabarkan ke kerabat yang menjemput tentang ketibaan dari "orang-orang yang sangat penting" tersebut seakan tidak punya waktu untuk menunggu beberapa menit lagi sampai penumpang berada di terminal).
Beda dengan keharusan mematikan semua peralatan elektronik selama penerbangan yang dipatuhi oleh semua penumpang. Juga, menegakkan sandaran kursi dan membuka jendela di samping kursi penumpang sebelum pesawat mendarat. Ya, karena pramugari "berpatroli" dan langsung menegur dan bertindak jika ada penumpang yang 'nggak patuh.
Hal yang sering terjadi dalam dunia pekerjaan juga, 'kan? Tidak cukup hanya menyampaikan perintah, namun harus dipantau pelaksanaannya untuk memastikan eksekusi on the track. Jika tidak, semuanya bisa jadi amburadul.
Kita bahas nanti, ya!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H