Saat itu, makhluk yang bernama Batak dan Kristen adalah sesuatu yang "aneh" bagi mereka sesama kanak-kanak.Â
Bukan jadi penyulut permusuhan, malah menjadikan "tertarik" untuk mengenal satu sama lain. Buktinya, kami 'nggak pernah kapok untuk besoknya "berkelahi" lagi memperebutkan tempat bermain tersebut. Dan bukan sesuatu yang aneh kami bisa sama-sama makan kacang tojin dan ketupat saat Lebaran dan atau makan kue semprit dan kembang layang saat Tahun Baru ketika saling berkunjung, padahal sehari sebelumnya kami berkelahi dan saling ejek. Iya, karena rebutan lahan bermain itu ...
Mengenang hal itu, ada kerinduanku untuk bertemu dengan kawan masa kanak-kanak dulu itu. Rindu bertemu Gino, Jono, Purnomo, Mali, Usman, dan nama-nama lain yang aku sudah 'nggak ingat lagi.Â
Ingin bertanya kenapa kami dulu bisa bersengketa tanpa menimbulkan luka, berkelahi bukan karena saling membenci, memendam tanpa jadi mendendam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H