Ketika kita melintas dan melihat tampak depan Gedung DPR Â maka tercermin kewibawaan Gedung itu sendiri.
Tetapi sangat di sayangkan,karena penghuni yang beraktivitas di dalamnya berbanding terbalik dengan kewibawaan Gedung itu sendiri.
Siapa penghuninya?
Mereka yang di sebut anggota Dewan Perwakilan Rakyat  yang terhormat,yang selalu menjulurkan lidahnya setiap Pileg tiba demi pemenuhan nafsunya untuk mendapatkan kursi di Senayan.Rebutan seperti ikan piranha dan tidak pandang bulu,mereka yang urat malunya sudah putus,mereka tidak butuh instropeksi diri akan kemampuan intelektual dan pisik pribadinya untuk menunjang kegiatannya,semua dipersilahkan monggo, yang katanya mengurusi Rakyat sebagai kata sakti yang mengandung bualan.
Adakah kriteria Parpol untuk menseleksi calon anggota DPR RI?
Perlukah Politisi uzur sadar diri?itu semua persetan.....ora urus....
Pikun,Jompo,Kakek dan Nenek yang sudah bau tanah pun silahkan monggo ke Senayan asal ada  restu Partai Politik yang berfungsi sebagai makelar.
Adakah yang salah?dan hasilnya apa?
Kembali menyimak pada Persidangan Paripurna DPR RI dalam penentuan Ketua dan Wakil Ketua DPR RI Priode 2014-2019 yang berlangsung hingga jam 03:00,kita di pertontonkan sebuah etika yang sangat mencederai dan memalukan  Institusi itu sendiri.Rupanya Ketua Pimpinan Sidang DPR RI sementara tidak puas dengan palu sehingga Sang Ketua Sidang membuat dagelan sewaktu penentuan susunan Ketua/Wakil Ketua DPR RI.
Ketua  :Setya Novanto( ketuk palu dan iringan mulut tok) dan berlanjut seterusnya.
Ketidak laziman ini tentu mempersepsikan Gedung DPR RI menjadi sebuah wadah bermain main,sehingga Anggota DPR tidak pantas menyandang predikat terhormat.