Mumpung masih dalam nuansa Hari Kartini di Indonesia, tiba-tiba saja terbersit tentang kesetaraan gender yang ada di negeri Sakura ini. Kadang masih juga bingung dengan apa yang dinamakan kesetaraan gender, karena banyak orang yang menyamakan arti kesetaraan gender dan emansipasi.
Pada tahun-tahun awal tinggal di Nagoya, ada suatu keheranan pada beberapa teman cewek di kampus, jika berangkat dan pulang kuliah bersama pacarnya, tidak pernah sekalipun saya melihat cowoknya itu yang pegang kemudi. Padahal si cowok itu jelas-jelas bisa mengemudikan dan memiliki SIM juga.
Setelah cari tahu, ternyata jika si cowok itu menumpang mobil ceweknya, jelas si cewek yang harus pegang kemudi. Hal ini berhubungan dengan asuransi. Harus ada kesesuaian yang tertulis dalam perjanjian antara si pemilik dan mobil yang terdaftar. Jika nekat mengemudi yang namanya tidak tercantum dalam surat perjanjian asuransi tersebut, akan timbul masalah baru jika terjadi kecelakaan dlsb. Jadilah si cowok ongkang-ongkang dan si cewek pegang stir, sekalipun meraka akan berangkat nge-date.
Tadinya melihat pemandangan itu ada perasaan aneh. Terkesan cowok-cowok Jepang itu kurang gentle karena membiarkan kekasihnya pegang stir. Apalagi saat berangkat nge-date
Begitu juga di pusat-pusat pembelanjaan. Pernah juga terbersit pikiran wah hebat ibu-ibu Jepang itu, sudah bawa belanjaan sendiri, eh masih juga berperan sebagai sopir, sedangkan suaminya duduk manis. Saat itu, sempat terfikirkan juga bahwa persamaan gender di Jepang ini maju pesat. Eehh ternyata bukan begitu permasalahannya.
Masih juga berhubungan dengan kesetaraan gender di Jepang. Pernah dengar kalau di Jepang, dijual bra khusus untuk laki-laki? dalam Bahasa Jepang, disebut メンズブラ menzu bura (men’s bra). Pertama mendengar informasi ini, rasanya bergidik. Tapi juga pengen tahu, makluk seperti apa yang memakainya dan tujuannya apa. Setelah beberapa kali browsing, saya menemukan iklan menjual bra cowok via online.
[caption id="attachment_332679" align="aligncenter" width="300" caption="Bra untuk cowok yang dijual di Jepang"][/caption]
Pernah ada tayangan salah satu acara TV, bahwa para pria pemakai bra ini mempunyai komunitas khusus, disebut ブラ男 bura otoko. Dari segi penampilannya mereka jelas bukan waria atau semacamnya. Dan sebagian dari komnitas tersebut adalah salary-man dan bussines-man. Ternyata tidak hanya di Jepang saja, di negara lain juga ada.
Bra atau BH, dalam Bahasa Inggris Buste Houder, Bahasa Perancis brassiere, dalam Bahasa Jepang burajaa. Sekedar intermezzo, “Bra” dan “Belajar” dalam Bahasa Jepang dilafalkan sama, yaitu ブラジャー buraja, jadi selalu ger-gren para pembelajar awal Bahasa Indonesia orang Jepang, karena mereka sedang “Buraja Bahasa Indonesia”.
Pria memakai bra, alasan yang umum adalah, dengan memakai bra, dada mereka seperti ada yang mendekap. Dengan begitu ada perasaan tenang dan mengurangi rasa gugup dalam menghadapi kerja. Dan sebetunya didekap itu merupakan salah satu kebutuhan utama manusia. Tetapi karena kodrat lali-laki adalah mendekap, manakala dia butuh dekapan, memakai bra itu adalah salah satu solusinya. Saya jadi manggut-manggut sendiri sambil melihat acara TV tersebut.
Tetapi setelah mengintip si Wiki(pedia), kenapa pria memakai bra, ternyata ada beberapa tujuan yang lain. Diantaranya, berhubungan dengan kesehatan, karena masalah kegemukan. Tujuan yang lainnya, supaya dada terlihat lebih datar, menjadi lebih terlihat rapi dalam berbusana.
Ada juga yang bertujuan untuk membuat teman hidupnya lebih terlihat seksi, maka seorang laki-laki juga membelikannya atau memakaiannya untuk kepentingan tampilan seksualitas. Bahkan katanya ada sebuah filem yang menunjukkan adegan yang berkaitan dengan bra cowok.
Lha kalau ada bra, secara stelan-nya, pasti ada celana dalamnya. Dan ternyata bra cowok itu juga memiliki stelan. Yang ini, yang tidak bisa saya pahami, karena celana dalam stelan itu juga kadang berenda-renda berkesan cantik.
Kembali menyoal kesetaraan gender. Apakah semua yang saya tulis itu berhubungan dengan gender? Kembali lagi jawabannya pada diri sendiri. Karena pada dasarnya kaum wanita memakai Bra itu untuk menyangga gumpalan daging di dadanya agar terlihat cantik. Sementara kaum pria tidak memilikinya.
Untuk sementara waktu. hanya bisa menyimpulan bahwa di belahan bumi mana pun juga masalah keseteraan gender ini menjadi pembicaraan yang hangat. Dan akhirnya saya juga harus menerima kenyataan bahwa tidak ada ukuran atau standar yang tepat, pada saat suatu komunitas sebuah bangsa berbicara tentang kesetaraan gender.
Sumber gambar:
http://item.rakuten.co.jp/wishroom/mensbra/
http://item.rakuten.co.jp/junko-bjo/mbr-9/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H