Mohon tunggu...
Paras Tuti
Paras Tuti Mohon Tunggu... Guru - Cakrawala Dunia Indonesia-Jepang

Kosong itu penuh. Dan, penuh itu kosong

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Taman Bermain vs Hutan Belantara

11 Juni 2017   14:52 Diperbarui: 11 Juni 2017   15:09 404
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sekelompok mahasiswa yang lagi bertandang di sebuah kampus di daerah Nagoya (koleksi pribadi)

Apa ini?
Yuk coba kita pikirkan sama-sama,..ini mah cuman cerita seputar kalian yang bertipe mahasiswa suka galau.

Selama masih menyandang status mahasiswa, dan datang ke kampus, sejatinya, kalian itu sedang bermain-main di sebuah taman bermain yang menyenangkan. Di situ sudah tersedia plosotan, ayunan, jungkat jungkit, bak pasir dll. Kalian bisa main sepuasnya, main sepeda, main skateboard, main futsal, atau sekedar ngobrol sepuasnya. Tanpa berpikir bagaimana cara mengadakan. Bagaimana cara merawatnya dlsb. Yang kalian perhatikan hanya mengingat tuk kapan balik rumah, karena ditunggu-tunggu ortu.

Bagaimana kalau sudah lulus dan siap terjun ke masyarakat? Lha di sini permasalahannya. Bukan mau nakut nakuti, tapi ini sebuah realita. Begitu satu jejak kaki melangkah keluar kampus dengan ijazah di tangan kalian itu, hutan rimba siap kalian huni. Dan jangan lupa, hukum rimba mulai diberlakukan. Siapa kuat dia menang. Siapa cepat dia dapat. Siap lemah siap ditindas. Siapa lambat bakalan kiamat.

Bayangin aja di taman bermain kalian hanya butuh satu pengelolaan, yaitu inget ortu saja cukup. Tapi di hutan belantara, kalau kalian gak mengadakan sesuatu, ya tidak akan ada terwujudnya sebuah fasilitas. Kalaupun  kalian sudah mendapatkan fasilitas itu, tapi tak pandai merawat ya bakalan kabur ketiup angin begitu aja. Semua segmen kehidupan membutuhkan pengelolaan yang saling sinergi antara batin dan lahir.

Susah? Ya jelas susah?
Gak usah khawatir, semua prinsip dari pendidikan itu gak ujug ujug kok. Di (taman bermain) kampus ini tempat kalian latihan menghadapi semuanya. Karena itu, berlatih mengelola semua yang ada di depan mata. Misalnya mengelola Interaksi dengan teman sekelas, seangkatan, sejurusan dll. Mengelola interaksi dengan dosen pengajar matkul se-killer apa pun, se-mbeler apa pun, se (.....) apa pun.

 Mengelola keuangan yang kalian dapat, entah dari mana asalnya (kiriman ortu ataupun bekerja part time). Karena uang itu ibaratnya pelumas, gak ada pelumas yang baik, sebuah mesin susah tuk dioperasionalkan, secanggih apa pun mesin itu. megelola waktu yang kalian dapat dari alam ini. Pastinya hal ini kalian lebih paham, karena sejatinya diri kalian adalah 'alam kecil' yang merupakan bagian dari 'alam semesta raya.

Jadi, intinya,..
Selama masih beraktivitas di sebuah taman bermain, maksimalkan bermain sambil belajar dan belajar sambil bermain. Kalau ada masalah dengan teman, gak perlu dibela-belain sampek mati-matian lupa jam kuliah. Kalau lagi nyiapan sebuah event gak perlu dibela-belain sampek bohong ke dosen tuk alasan absensi dan deadline ngumpulin tugas. 

Kalau ada masalah dengan orang tua, anggep itu kalian latihan untuk merawat ortu yang selamanya akan jadi tanggung jawab kalian. Kalau ada masalah dengan dana, anggap memang kalian memang harus latihan tuk menjadi manager keuangan sebuah perusahaan gede. Kalau ada masalah dengan pacar, anggap itu memang waktunya tuk mengenali calon pasangan kalian.     

Jelas ya guys...
Waktu tuk kalian berlatih sambil bermain di taman bermain itu gak panjang,... cuman 4 tahun (idealnya). Tapi itu adalah tahapan penting tuk bisa miliki daya tahan hidup jadi manusia yang besar, tegar, secara batin dan lahir.

*khusus dibaca mahasiswa si galau

 Ketintang 2017 Juni 11

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun