Kedua ucapan itu sebenarnya, kalau mau diperhatikan ada suatu pembeda yang jelas sekali, yakni pada raut muka dan intonasi saat mengucapkannya. Karenanya, jika pada saat orang asing harus mengucapkan “maaf” karena berbuat salah, tetapi karena tidak paham, ada kemungkinan tertangkap oleh lawan, hanya sekedar “terima kasih” dengan nuansa yang ringan. Padahal harusnya si pembicara menciptakan sesuatu nuansa pembicaraan dengan nada “penyesalan”.
Sebetulnya bagi negara Jepang Jepang pun menerima pekerja asing juga bukan tanpa kemudahan-kemudahan. Karena negara ini memang masih harus memenuhi kebutuhan kuota pekerja medis asing. Tak ubahnya dengan mereka yang datang, penuh perjuangan, penuh pergorbanan lahir batin.
Menurut pengamatan penulis, mereka yang datang ke Jepang adalah orang-orang pilihan yang kuat bertahan di hutan belantara-nya negara ini, walaupun penuh dengan keluh kesah yang berbeda pada setiap individunya. Masih banyak dilematis-dilematis lainnya yang berkecamuk dalam benak para pekerja medis ini. Walaupun sebenarnya dibandingkan dengan pekerja asing dari bidang yang lain, pekerja medis ini masih bisa dikatakan lebih baik. karena, mereka mendapatkan kesempatan belajar Bahasa Jepang sampai mereka lulus Ujian Negara, inilah yang menjadi pembedanya,
Memang patut disayangkan orang yang memiliki skill keperawatan tinggi hanya mengganti popok dan memandikan para lansia. Saat mereka akan pulang, dikarenakan gagal mengikuti Ujian Negara berkali-kali, ada suatu kegalauan tingkat tinggi. Akankah kemampuan skillnya yang selama menjadi pekerja magang tumpul, menjadi berkilau lagi setelah balik ke Indonesia, karena lama tidak terasah sama sekali? Karena pada dasarnya kekecewaan yang terbesarnya adalah, awalnya mereka memiliki niatan besar ingin transfer teknologi dari Jepang ke Indonesia.
Tetapi, ada satu keuntungan yang bisa didapat jika mereka terpaksa harus pulang, Yaitu, Bahasa Jepang mereka melaju pesat. Karena itu, banyak dari mereka yang pulang tidak kembali pada bidang pekerjaan medis, tetapi beralih profesi sebagai penerjemah di perusahaan besar Jepang di Indonesia. Sayang sekali, tapi itulah hidup, manusia akan mencari yang terbaik dan yang paling sesuai dengan dirinya untuk kelangsungkan hidupnya. Dengan begitu, susah untuk bisa dikata, pihak Indonesia atau kah pihak Jepang yang merugi dengan adanya kecenderungan masalah yang seperti yang ini.
Link artikel: http://www.nhk.or.jp/kaisetsu-blog/700/139513.html
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H