Mohon tunggu...
Paras Tuti
Paras Tuti Mohon Tunggu... Guru - Cakrawala Dunia Indonesia-Jepang

Kosong itu penuh. Dan, penuh itu kosong

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Yang Ada Hanya “Merepotkan”, Tidak Ada “Semoga”

7 Januari 2014   11:02 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:04 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13890680891429741991

[caption id="attachment_314329" align="aligncenter" width="300" caption="Kartu Tahun Baru 2014 (dok pribadi)"][/caption] Bagaimana orang Jepang menuliskan ucapannya dalam Kartu Tahun Baru? Bagaimana mereka mengungkapkan harapan-harapan dirinya, doa-doa untuk orang terdekat dan terkasihnya dalam untuk konteks yang sesungguhnya atau pun konteks yang hanya basa-basi?

Memasuki hari ketujuh tahun ini. Aku coba menguraikan kalimat-kalimat yang tertulis di kartu ucapan tahun baru telah aku terima dalam tujuh hari ini.

Sejak kecil aku suka banget mengumpulkan benda-benda yang berbau pos. Karena gambar-gambar yang ada di kartu pos dan perangko dari luar negeri ini yang membuat angan Parastuti kecil ini melambung. “Aku harus bisa mewujudkan melihat salah satu gambar-gambar ini. Dan belajar bahasa asing ini adalah salah satu tiket yang bisa membawaku terbang dari lingkungan hidupku.

Jadilah aku di sini, di negeri yang jauh dari tanah air. Pertama kali aku menginjakkan kaki dan mimum air negeri ini adalah 24 tahun silam, cuman setahun aja. Gak tanggung-tanggung, di tempat yang 5 bulan dalam setahunnya turun salju, di Sapporo pulau Hokkaido, di pulau besar paling utara Jepang. Dan setelah itu ada beberapa kali kesempatan tuk keluar masuk negara ini, sampai akhirnya menetap untuk sementara  waktu.

Saat pertama kali pergi itu, masih muda, masih kinyis-kinyis, masih belum pikirkan permasalahan hidup. Ceillahh… kayak besar banget beban hidupnya, padahal dengan ujung jari pun bisa terangkat tu beban kalau kita pandai mengatasinya. Hehehe,..dan inilah salah satu penghalau rasa beban di hati selama hidup di rantau.

Yaitu ucapan-ucapan 年賀状 nengajou, Ucapan tahun baru, danお暑中見舞い、o-shochuu mimai, ucapan tuk menikmati musim panas. dari teman-teman Jepang yang memiliki perhatian pada orang asing.

Apa sajakah Ucapan-ucapan itu? Salam yang digunakan dalam Kartu Tahun Baru ala Jepang ini, biasanya terdiri dari 3 kalimat, seperti berikut.

1) 新年、明けましておめでとうございます。 Shinnen (=tahun baru), Akemashite (=membuka, menyongsong) Omedetou Gozaimasu. Selamat Tahun Baru

2) 昨年中お世話になっておりました。 Sakunenchuu (=Selama Tahun lalu) O-Sewa ni Natte Orimasu (saya telah membuat anda repot) Selama ini saya telah merepotkan anda terus menerus

3) 今年もよろしく申しあげます。 Kotoshi mo (=tahun ini juga) yoroshiku (=salam) moushi agemasu (=saya ucapkan) Untuk itu saya ucapkan salam hangat dan ijinkan saya ucapkan terima kasih sebelumnya, karena saya akan lebih banyak lagi merepotkan anda

Jika dibandingkan dengan ucapan Tahun Baru dalam Bahasa Indonesia, akan terasa ada kekontrasan di antara keduanya. Dalam Bahasa Indonesia lekat dengan harapan dan doa yang dipanjatan pada Yang Kuasa, ditandai dengan kata “semoga”.

Kartu Ucapan Tahun Baru ini menjadi refleksi doa dan harapan orang Jepang. Bukan doa pada Yang Kuasa tapi doa untuk lawan interaksinya, sesama manusia. Mereka berpikir, interaksi sesama makhluk sosial di tempatnya berinteraksi selama ini dan diramalkan di tahun mendatang juga masih mengharapkan terjalinnya interaksi itu sangat penting dan harus ada bentuk pertanggung jawabannya secara konkrit.

Karena itu tidak berupa do'a, tetapi lebih tepat harapan orang lain. Hal ini sesuai dengan sistem dalam interaksi sosial masyarakatnya yang berbentuk dua garis sejajar. Berbeda dengan cara interaksi manusia Indonesia, yakni, melibatkan atas nama Tuhan pada sistem komunikasinya, sehingga berbentuk segitiga

Terlepas dari itu semuanya, saya mengucapkan untuk seluruh teman-teman,

Selamat Tahun Baru. Semoga Segalanya Menjadi Lebih Baik dari Tahun Sebelumnya. Semoga Tahun ini Membawa Kesuksesan Bagi Kita Semua. **dan “Semoga-semoga” yang lain untuk dipanjatkan pada Yang Kuasa. Aamiin….

Dan beginilah harapan manusia Indonesia pada Ucapan Tahun Baru, karena terpengaruh dari sistem interaksi sosialnya.

Tetapi jadi mikir, apa karena melibatkan atas nama Tuhan ini ya, segalanya menjadi terkesan ringan. Begitu juga, ucapan-ucapan Tahun Baru dari para penggede bangsa ini. Walaupun wajah bangsa ini carut marut sekali pun, dengan lantangnya masih bisa menggaungkan ucapan doa seperti ini. Mungkin karena sudah merasa menitipkan harapannya pada Tuhan. Dan jika nantinya tak bisa mewujudkannnya, "Karena itu kehendak Tuhan" ucapan ini, menjadi alasan sebagai jalan penyelamat diri. Ceita Terkait: Nuansa Bahasanya Menunjuukan Cara Pikirnya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun