Lazimnya menikmati karaoke itu kan rame-rame sambil ngobrol ngalor ngidul sembari nyamil-nyamil. Dan tentunya semakin banyak orang, semakin seru. Cerita-ceritanya bisa heboh. Guyon-guyonannya juga semakin bikin perut kaku. Jadi pada prinsipnya, karaoke itu salah satu alternatif tempat tuk kumpul-kumpul. Jadi gak pinter nyanyi pun tak masalah, yang penting ngumpul.
Bagaimana dengan orang Jepang? Negara mereka dikenal sebagai tanah kelahiran karaoke. Kata ‘Karaoke’ berasal kata dari 空kara, artinya kosong danオーケストラ orchestra. Maksudnya, karaoke adalah, lantunan lagu yang dikosongi bagian liriknya. Jadi, orang pergi karaoke ya jelas niatnya pengen nyanyi. Awalnya karaoke itu dibuat karena banyak orang yang ingin menyanyi tapi merasa suaranya tidak bagus, maka diciptakanlah karaoke itu. Jadi dengan karaoke, orang bisa menuangkan hasrat nyanyi tanpa terikat apa pun dan siapa pun. Yang seneng nyanyi tapi suara jelek pun tidak perlu merasa malu.
Orang Jepang juga biasa pergi rame-rame, dengan orang-orang yang sama tujuan, ingin nyanyi bersama. Menyanyi sambil teriak-teriak melepaskan strees, tanpa menganggu siapa pun. Inilah alasan mengapa karaoke sangat digemari. Dan biasanya mereka juga akan pergi saat 二次会nijikai, yaitu, acara yang kedua, setelah acara pertama yang lebih resmi bubar.
Di acara yang kedua ini, mereka membentuk kelompok yang lebih kecil lagi daripada acara yang pertama, untuk pergi berkaraoke, sebelum berpisah pulang ke rumah masing-masing. Jadi karaoke itu sudah diakui sebagai bagian dari terapi mental orang Jepang. Oleh karenanya kelompok kecil-kecil yang berkaraoke bareng itu biasanya satu sama lainnya sudah mengenal akrab.
Akhir-akhir ini ada sebuah kecenderungan berubahnya cara mereka menikmati karaoke. Karena memang terbukti bisa menjadi pembunuh strees, banyak orang merasa membutuhkan lebih banyak lagi untuk pergi ke karaoke dibandingkan dengan waktu-waktu sebelumnya. Dan karena belum tentu teman segrupnya yang biasa pergi karaoke itu punya kesempatan yang sama, dikarenakan tingkat kesibukan yang tinggi terutama di kota-kota besar. Maka untuk bertemu, diperlukan janjian jauh-jauh hari. Dengan begitu akhirnya, banyak orang pergi sendiri, karena mencocokan waktu itu perlu jangka tempo yang panjang.
Oleh karenanya beberapa tempat usaha karaoke menawarkan dengan menyediakan khusus box-box karaoke untuk peseorangan. "Box karaoke personal itu", tertulis besar di papan nama, sebagai produk unggulan dari suatu tempat karaoke. Terus apa nikmatnya yak, menyanyi seorangan? Tetapi ternyata mereka tidak ‘sendiri’ lho. Pada masing-masing box (semacam ruangan kecil) tersedia kamera, jika seseorang menginginkan share di antara pengunjung yang datang pada saat itu, mereka bisa saling pasang kamera dan bisa saling menyesuaikan lagu yang akan dinyanyikan bareng dengan pengunjung di tetangga boxnya. Dengan begitu, mereka tetap tidak sendiri, tetep berasa rame-rame. Jadi, walaupun mereka tidak saling mengenal, bisa tetep mendapatkan partner berkaraoke bersama. Tetapi privasi mereka, satu dengan yang lain, tetap terjaga. Tetap pada boxnya masing-masing. Hanya menyanyi bareng-bareng lewat kamera saja. Aneh ya.
Sekarang ini ada produk cara menikmati karaoke terbaru. Prinsipnya tetap rame-rame, tapi ada jasa yang mengkoordinir. Misalnya seorang Fans AKB 48, akan mendaftarkan dirinya pada jasa tersebut. Kemudian jasa tersebut membikin list up yang bisa dimonitor oleh semua yang sudah mendaftar dalam kelompok Fans AKB 48.
Mereka tidak saling kenal. Kemudian jika ingin berkaraoke, tinggal kirimkan kapan, tempat dan lagu-lagu yang ingin dinyanyikan. Dengan begitu jika ada orang yang cocok akan bisa bergabung bersama karena jasa admin tempat usaha tersebut. Kalau sudah begitu, sesuai dengan kesepakatan, mereka akan datang di tempat yang diinginkan dan bernyanyi bersama. Walaupun kekakuan suasana pada awalnya terasa kental, tapi karena kesukaaan dan lagu-lagu yang ingin dinikmati sama, cair juga suasana kaku tersebut, seiring dengan jingkrak-jingkrak menyanyi dan menari bersama. Beginilah berbagai cara orang Jepang menikmati karaoke. Adanya cara yang bervariasi ini, menunjukkan betapa susahnya mereka bikin janjian dengan teman. Di samping jumlah temannya yang tidak banyak, juga karena kekakuan sikap pertemanan mereka. Apa karena Jepang mengalami musim dingin ya,…berefek juga pada jalinan pertemanan mereka yang terkesan kaku,…hehehe gak nyambung :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H