Mohon tunggu...
Paras Tuti
Paras Tuti Mohon Tunggu... Guru - Cakrawala Dunia Indonesia-Jepang

Kosong itu penuh. Dan, penuh itu kosong

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Zam-zam Bikin Hati dan Kepala Adem

28 Februari 2014   22:13 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:22 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cuilan cerita saat perjalanan Haji tahun 2012.
Tiap kali sembahyang lima waktu ke Masjidil Haram, kebiasan berdua dengan suami, selalu membawa botol air mineral kosong, untuk diisikan air Zamzam. Keran Zamzam ini di mana mana ada. Cuman ada yang ga tertib juga, udah jelas-jelas ada tulisan ‘zamzam for drinking’, masih ada aja yang nekat tuk berwudhu.

Memang kalau dibandingkan dengan Masjid Nabawi di Madinah, Masjidil Haram di Mekkah, sangat-sangat kurang tuk urusan yang berhubungan dengan air. Kalau udah batal ga bisa nahan buang gas, dan harus wudhu lagi, ini yang repot. Jika dapat tempatnya jauh dari tempat wudhu, dan takut gak bisa temukan suami lagi, duduk aja di samping suami sholat, hanya itu yang bisa aku lakukan. Maklum HP yang kita bawa dari Nagoya ini tidak bisa dipake, jadi ya harus nempel berdua kemana-mana takut kepisah. Sedangkan HP dari Surabaya cuman 1 yang bisa dipakai, jadi hanya berfungsi untuk hubungan dengan anak yang ada di Nagoya.

Kembali pada cerita Zam-zam ya. Zam-zam ini selain untuk minum diisikan dalam botol air mineral, juga untuk isi botol spray yang beli di 100 Yen shop. Spray ini juga sangat membantu. Begitu kepanasan, keringatan, semprot aja, muka, leher, kapala, dijamin jadi adem.

Waktu di tengah-tengah puncak acara Haji, sempat terbersit, kebayang gak ya, bawa Zamzam nyampe Nagoya? Karena travel dari Jepang ini tidak menyediakan fasilitas oleh-oleh air zam-zam. Menurut info, memang kita dapatkan masing-masing 10 liter BAGASI untuk membawa Zamzam, bukan 10 liter AIR ZAMZAM lhooo….Ini yang jadikan berbeda dengan Jemaah haji lainnya. Semua jamaah haji dari Indonesia sudah dapat kemasan Zamzam tanpa ngantri sendiri, apalagi yang ONH plus, orang belum nyampe tanah air, Zamzam nya udah terbang duluan.

Sepulang dari Mina, jadwalnya kembali ke penginapan di Mekkah. Dan betul-betul sudah menyelesaikan rukun dan wajib haji, kami berdua merasakan kelegaan yang luar biasa. Apalagi masih ada kesempatan tuk bersembahyang lima waktu di Masjidil Haram, sebelum hijrah, hehe...pindah maksudnya ke Madinah.

Pada waktu itu, saatnya mikirin Zam-zam yang akan dibawa. Saatnya antri Air zam-zam (tgl 30 Okt 2012). Ya, antri ambil Zamzam yang asli se-asli-asli-nya, hehehe,…sedikit maksa memang, karena waktu suami antri dalam keadaan demam. Si Doi ini antri Zamzam, yang antriannya gak bagus blas,.. saling serobot menyerobot, terutama orang-orang asing lain…hehehe rasis lagi nih..

Beruntung penginapannya hanya 10 menit jalan kaki dari Masjidil Haram. Jadi dengan selesai sembahyang, nyicil bawanya per 10 liter, pake ransel. Sesampainya hotel disegel sama kantong plastik. Diupayakan untuk tidak bocor. Sangat riskan banget sih. Tapi bagaimana lagi, lha wong kepengin juga bawa Zam-zam yang aseli.

Betul juga, di antara teman-teman ada banyak juga bocor, jirigen pecah dalam perjalanan dari Mekkah ke Medinah dan masih lanjut ke bandara Madinah. Dan sampai di bandara Madinah ini, Allahu Akbar,…hanya bisa ngelus dodo, karena masih harus dibanting-banting lagi. Koper-koper kita juga begitu,,,perlakuannya kasar banget.

Kita cuman pasrah aja, Zamzam yang tinggi banget nilainya itu, jika nantinya tidak nyampe ke tangan. Tapi, akhirnya Alhamdullillah nyampe juga Zamzam ini di Narita. Ada satu pelayanan cargo (apa namanya, lupa) yang mau bantu kirim ke Nagoya. Dengan bayar 2340Yen (20 liter), sekitar 250.000 Rup, padahal pelayanan cargo yang ada disebelahnya, si kucing item kuroneko gak mau terima, maklumlah.. barang cair sih, riskan banget.

Spidol permanen tuk menamai Zamzam, memegang peranan sangat penting waktu itu, biar ga ketukar ama teman yang lain. Karena sebagian teman-teman membeli Zamzam yang sudah ‘jadi’. Zam-zam itu dijual di sekeliling hotel tempat menginap, dengan tempat jirigen yang sama. Bedanya mereka membeli bukan mengantri.

Sampai detik ini pun cerita Zam-zam ini menjadi kenangan tersendiri bagi aku yang berangkat ke tanah suci bukan dari tanah air. Gak tahu kenapa, siang ini tiba-tiba keinget tulisan yang pernah terposting di Blog pribadi, akhir 2012 lalu. Tidak tahu juga apa isi hatiku. Tiba-tiba jadi mellow, pengen pergi ke tanah suci lagi, dalam detik ini juga. Mungkin karena pekerjaan yang berhubungan dengan studi sungguh sangat menyita perhatian, sehingga terkadang hati ini menjadi down banget. Dipikir-pikir, daripada dibaca sendiri, pengen juga bisa baca bareng-bareng dengan teman lain, jadilah terposting di sini juga. Kali-kali ada teman lain yang juga punya pengalaman berhubungan dengan air Zam-zam.

Cerita terkait:
Menuju Baitullah, Niat Surabaya Berangkat Nagoya

Haji Mabrur...??

Plus-minus di Bawah Bendera Jepang
Sore di Nabawi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun