Selamat sore, Kompasioner.
Yak, yang lagi hangat dan renyah untuk di goreng sekarang ini tentu isu BBM. Tapi ah sudahlah, mau di demo berkali-kali juga gak akan diturunkan dalam waktu dekat (lho?memangnya ada kemungkinan diturunkan?..ya ada aja kali bro, namanya positive thinking).
Satu hal yang saya amati di Nagari Kompasiana ini adalah betapa hebatnya kharisma dan aura kebaikan Pak Jokowi. Ya, Pak Jokowi telah menginspirasi dan mengubah banyak orang untuk menjadi lebih baik dalam bersikap dan lebih bijak dalam merespon kebijakan Pemerintah.
Luar biasa bukan? Karena saya baru sekali ini merasakan ada pemimpin yang demikian.
Masih ingat dengan Pak SBY? Beliau memimpin Republik Indonesia selama 2 (dua) periode atau 10 (sepuluh) tahun. Dan tidak lupa pula latar belakang beliau sebagai prajurit. Toh demikian lamanya periode dan latar belakang beliau nampaknya tidak mampu mengubah pola pikir dan cara pandang Kompasioner dan masyarakat Indonesia pada umumya untuk lebih arif. Ada yang tidak bisa dicapai beliau namun Pak Jokowi bisa: Revolusi Mental. (hmmm..)
Contoh riil adalah pengurangan subsidi BBM. Pada jamannya, ketika Pak SBY mengeluarkan ide kenaikan harga BBM dengan dalih akan mengalokasikan dana (APBN) ke sektor lain, masyarakat secara luas (hampir dipastikan semuanya) menolak mentah-mentah ide tsb. Dan nyatanya memang benar apa yang dikhawatirkan masyarakat, pengalihan dana menguap entah kemana, hampir tidak bisa dirasakan manfaat nya.
Namun...namuuuun..sekarang, pada era Pak jokowi, masyarakat sudah jauuuuuh lebih bijak, pun lebih arif. Apa pasal? Pak Jokowi ternyata juga menaikkan harga (mengurangi subsidi) BBM, dengan dalih yang sama cuma beda kosakata, pengalihan APBN dari sektor konsumtif ke sektor produktif. Penolakan pasti dan tetap ada, tapi yang luar biasa adalah begitu terasanya dukungan masyarakat dengan kebijakan tsb. Mereka yang mendukung seperti lupa bahwa pernah ada pemimpin yang-bisa dianggap-gagal mengimplementasikan pengalihan APBN. Tapi sekali lagi itu adalah hal yang baik, bukan? Mengubah orang menjadi lebih baik, lebih bijak dan lebih arif. (heuheuheu...)
Dari sinilah keyakinan saya bahwa Pak Jokowi adalah satria ‘Piningit’..salut..
“Pemimpin bertangan besi menyiutkan nyali. Pemimpin yang di nabi kan, mematikan nalar.”
-Sujiwotejo-
Kawasan Sudirman, 21 November 2014
-TYP-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H