Mohon tunggu...
Taufik Yoga Pratama
Taufik Yoga Pratama Mohon Tunggu... Relawan - Sharing and Connecting

Here I am, walking naked through the world - Mr. Big

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Komjen BG, Calon Pimpinan Kepolisian atau Penghuni Rutan(?)

14 Januari 2015   16:10 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:10 468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_346195" align="aligncenter" width="620" caption="tempo.co "][/caption]

Selamat pagi, Kompasianers.

Sudah 3 (tiga) hari ini Jakarta dirundung awan kelabu, tapi semangat harus tetap merah jambu... yuuk cyiiin..

*oke, skip*

Kejadian ditetapkannya Komjen BG, calon tunggal Kapolri, menjadi tersangka oleh KPK adalah kejadian yang paling menghebohkan pekan ini. Bahkan, TvOne dengan ILC nya langsung menayangkan tema tersebut walapun sebenarnya mereka sudah materi tersendiri terkait dengan peristiwa jatuhnya Air Asia.

Konspirasi? Ah basi. Tidak percaya? Coba tanyakan pada kompasianers pro-Jokowi. Jika ada yang mulai berteori konspirasi tentang Pak Jokowi, terutama tentang ‘keburukan’ beliau, biasanya langsung di bantah dengan dalil “tunggu saja”, “lihat nanti”, “coba kasih solusi”, dsb. Namun dengan peristiwa Komjen BG ini, tiba-tiba mereka ini berspekulasi. Mulai dari KPK yang bermain politik, agenda KMP, bahkan memuji kecerdasan Pak Jokowi bahwa ini adalah taktik beliau. Standar ganda? Entahlah.

Kembali kepada tayangan ILC semalam, ada beberapa poin menarik yang, saya rasa, perlu dicermati dan ditelaah bersama agar membawa kita menuju masyarakat madani (tsaaahh..). Berikut poin-poin tersebut:

1.Standar ganda Pak Jokowi (?)

Mungkin terlalu dini dan naif jika menganggap Pak Jokowi berstandar ganda, karena segala sesuatu di dunia Politik itu bersifat dinamis. Namun, jika diletakkan dalam kerangka berpikir strategis dan ke-rakyat-an, maka apa yang dilakukan Pak Jokowi ketika membentuk kabinetnya dengan berkonsultasi ke KPK dan PPATK adalah hal yang patut diapresiasi. Apalagi hal tsb tertuang dalam program Nawacita beliau. Tetapi anehnya, ketika mengangkat Jaksa Agung dan mencalonkan nama Kapolri, beliau seolah lupa. Tanya kenapa.

Walaupun dipertanyakan oleh pihak IPW: KPK dan PPATK kok jadi kaya lembaga screening calon pejabat? Padahal tidak ada normanya lho, kalau memang mau ya dibuat dulu normanya. Tapi dengan elegan Datuk Karni Ilyas bilang, “yang memulai kan Presiden Jokowi”. Boom..!

2.Momentum

Dari penjelasan panjang lebar dari Prof Effendi Ghazali tentang arti sebuah momentum dalam komunikasi politik. Saya hanya menangkap (karena lupa) 2 pertanyaan yang mengikuti:

a.Kenapa sekarang, tidak sedari dulu? (ini yang sekarang sering ditanyakan dan jadi bahan teori konspirasi pendukung Pak jokowi)

b.Kenapa sekarang, tidak nanti saja?

Dengan demikian, menurut saya, adalah kelanjutan dari momentum itu sendiri. Mau dibawa kemana?

Saya tidak paham hukum, yang saya soroti adalah nilai dan norma atas kejadian ini. Komjen BG menjadi tersangka, iya. Apakah beliau bersalah? Perlu pembuktian. Namun dengan status “tersangka”, apakah kemudian beliau layak (proper) menjadi Kapolri? Kepekaan dan rasa yang bermain disini. Dalam prosesnya saja sudah ada Fit and Proper test, kan.

Paradoks level apa ini, jika dan hanya jika institusi penegak hukum di pimpin oleh orang yang diduga melanggar hukum?

Kawasan Sudirman, 14 Januari 2014

-Paranoia-

@yoga_paranoia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun