Kisah Pernikahan Cut Meutia
Cut Meutia adalah salah satu pejuang wanita yang melawan penjajah. Prinsip hidup Cut Meutia sendiri "Lebih baik mati berkalang tanah daripada hidup dijajah". Cut Meutia sendiri mempunyai sebuah keluarga.
Para orang zaman dahulu sudah biasa mencarikan pendamping atau jodoh untuk anaknya dengan berharap pria tersebut akan menjadi pelindung putri mereka jika kelak kedua orangtuanya tiada. Cut Meutia sebagai anak yang berbakti patuh dan taat pada keinginan orangtuanya.
Pada tahun 1890, saat berusia 20tahun, Cut Meutia dinikahkan dengan pria yang di jodohkan dari kecil bernama Teuku Syamsarif dari Keureutoe. Namun pernikahan itu tidak bertahan lama. Karena merasa berbeda jauh dalam hal pandangan dan prinsip hidup.
Teuku Syamsarif lebih condong pada harta duniawi dan kesenanngan hidup. Dia lebih suka mendapatkan kekuasaan dengan menjadi penjilat Belanda. Dia bahkan diberi penghargaan oleh Belanda, yaitu diangkat menjadi Uleebalang Keureutoe dan di beri gelar baru yaitu Teuku Cik Bentara.
Setelah perceraian itu, Cut Meutia menikah kembali dengan seorang pria bernama Teuku Muhammad atau lebih dikenal dengan nama Teuku Cik Tunong. Teuku Cik Tunong adalah adik Teuku Syamsarif, suami Cut Meutia sebelumnya. Teuku Cik Tunong menurut Cut meutia memiliki pandangan dan prinsip hidup yang sama dengannya.
Daftar Pustaka
Aira Kimberly. 2016. CUT MEUTIA Berjuang Sampai Akhir Hayat. Bee Media Pustaka. Jakarta
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H