Pendekatan sistem digunakan untuk membangun konsep pengembangan bahan ajar Dick and Carry. Kegiatan pembelajaran yang lebih besar membutuhkan penggunaan beberapa komponen, yang termasuk dalam model sistem pembelajaran Dick and Carry. Menurut Dick and Carry, belajar adalah sebuah proses, dan desain adalah sistem yang mengatur proses tersebut.
Membuat materi pembelajaran dengan pendekatan Dick and Carry memiliki beberapa tujuan. Dalam Apriliani & Qur'ani (2016), Hamzah (2012) menyatakan bahwa model pembelajaran Dick and Carry secara umum digunakan dengan cara sebagai berikut:
- Model Dick and Carry memiliki sepuluh langkah secara keseluruhan. Bagi perancang yang belum berpengalaman, setiap tahap dapat menjadi dasar untuk memahami model-model desain selanjutnya karena cukup jelas apa yang ingin dicapai.
- Sepuluh langkah model Dick and Carry menunjukkan interaksi yang sangat berbeda dan berkesinambungan antara satu dengan yang lain. Dengan kata lain, struktur Dick and Carry sangat ringkas, tetapi informasinya kaya dan jelas karena mengalir dari satu urutan ke urutan berikutnya.
- Sesuai dengan paradigma Dick and Carry, menentukan tujuan pembelajaran adalah tahap awal. Langkah ini sangat sesuai dengan kurikulum yang diterapkan di sekolah inklusi, sekolah menengah dan universitas. Secara khusus, hal ini dapat diterapkan pada beberapa mata pelajaran yang tujuan pembelajaran dan kurikulumnya dikembangkan pada tahap awal desain pembelajaran, seperti mata pelajaran khusus di sekolah inklusi.
Langkah-langkah model Dick and Carry, seperti yang digambarkan pada gambar (Syarifuddin, 2018), dapat diinterpretasikan sebagai berikut:
- Identifikasi kebutuhan dan penentuan tujuan umum: Ini adalah langkah pertama, yang meliputi mencari tahu kebutuhan apa yang harus dipenuhi oleh siswa pada akhir program pembelajaran dan apa tujuan umum yang harus dipenuhi.
- Menganalisis topik atau materi yang akan dipelajari dan mencari tahu keterampilan apa yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran untuk memenuhi tujuan disebut analisis instruksional.
- Mengidentifikasi perilaku dan ciri-ciri awal siswa: Mempertimbangkan kemampuan awal yang telah dimiliki siswa ketika menganalisis keterampilan yang perlu diajarkan atau dilatih serta langkah-langkah dalam metode yang perlu diselesaikan.
- Buatlah tujuan pembelajaran atau target kinerja tertentu. Rekomendasi khusus tentang apa yang harus dilakukan siswa setelah menyelesaikan pembelajaran dikembangkan berdasarkan analisis instruksional dan pernyataan mengenai perilaku awal siswa.
- Pembuatan tes acuan dengan tolok ukur. Tujuan yang telah ditetapkan menjadi dasar untuk pembuatan tes acuan patokan.
- Penciptaan teknik-teknik pendidikan. Untuk mencapai tujuan akhir, teknik pembelajaran dikembangkan dengan menggunakan informasi dari lima langkah sebelumnya.
- Pembuatan atau pemilihan sumber daya pendidikan. Selama tahap ini, sumber-sumber pembelajaran seperti buku panduan instruktur, penilaian, materi, dan instruksi siswa akan dipilih atau dibuat.
- Merencanakan dan melaksanakan penilaian formatif. Data mengenai program yang dikembangkan dikumpulkan, diidentifikasi, diproses, dan dianalisis melalui evaluasi formatif. Hasilnya dimaksudkan untuk menunjukkan kualitas program yang dikembangkan. Jika tidak, program tersebut harus diperbaharui; jika sudah, program tersebut harus dipertahankan.
- Membuat dan melaksanakan penilaian sumatif. Tahap ini berfungsi sebagai tindak lanjut untuk menilai efektivitas program setelah implementasi di lapangan.
- Meninjau ulang informasi. Siklus pembuatan perangkat sistem pembelajaran diulangi pada tahap ini. Analisis dan interpretasi dilakukan terhadap data dari penilaian sumatif yang telah dilakukan pada langkah sebelumnya.
Ciri-ciri berikut ini berlaku untuk model Dick and Carry:
- Ketika menggunakan paradigma ini, setiap elemen sangat penting dan tidak boleh diabaikan.
- Perancang pembelajaran profesional mungkin akan merasa lebih sulit untuk menjadi kreatif jika metodologi ini diterapkan.
- Meskipun model Dick and Carey menawarkan pendekatan metodis untuk pembuatan kurikulum dan program, tim dengan banyak anggota dan berbagai sumber daya mungkin akan mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan ketelitiannya.
- Cocok untuk pendidikan daring berskala kecil, seperti yang disediakan melalui unit, modul, atau pelajaran.
Berikut ini adalah kelebihan dan kekurangan Model Dick and Carry:
Kelebihan:
- Mudah diikuti dan diikuti dengan tahapan-tahapan yang jelas; b) Terorganisir dengan baik, efisien, dan efektif ketika dipraktikkan.
- Model ini mudah digunakan karena tingkat kerinciannya yang tinggi.
- Analisis pembelajaran dapat direvisi, yang mana hal ini menguntungkan karena memungkinkan kesalahan-kesalahan dapat diperbaiki sebelum berdampak pada tahap berikutnya.
- Komponen-komponennya bersifat menyeluruh, mencakup hampir semua elemen yang diperlukan untuk perencanaan pembelajaran.
Kekurangan:
- Kaku karena setiap langkah telah direncanakan.
- Tidak sesuai untuk penggunaan secara luas, seperti dalam e-learning.
DAFTAR PUSTAKA
Magdalena, I., Apriliani, A., & Qur'ani, F. C. (2023). Implementasi Model Disain Pembelajaran Dick and Carry dalam Mengembangkan Bahan Ajar Materi Bahasa Indonesia Kelas 3 SDN Kemiri 3. TSAQOFAH, 3(3), 374-385.
Syarifuddin, Syarifuddin (2018) Pengembangan Bahan Pembelajaran Hybrid Learning Berbasis Virtual Museum Pada Mata Kuliah Sejarah Nasional Indonesia Di Universitas Sriwijaya. Doctoral thesis, Universitas Negeri Jakarta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H