Mohon tunggu...
Farahita Ann
Farahita Ann Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sosiologi - UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Lost in my own thoughts..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Observasi Masjid Gedhe Mataram dengan Teori Strukturasi Giddens

18 Desember 2024   08:02 Diperbarui: 18 Desember 2024   08:02 7
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masjid Gedhe Mataram Kotagede adalah salah satu situs cagar budaya yang paling ikonik di Yogyakarta, bukan hanya karena keindahan arsitekturnya, tetapi juga karena perannya yang berdampak dalam kehidupan sosial dan keagamaan masyarakat Kotagede. Ketika saya mengunjungi masjid ini, saya tidak hanya melihat bangunan fisiknya, tetapi juga menyaksikan interaksi sosial yang terjadi di sekitarnya. Meski masih sepi dan belum banyak pengunjung, ada beberapa orang tampak membersihkan halaman masjid, berjalan santai, memandu wisatawan, dan ada yang membersihkan serambi masjid. Kegiatan sehari-hari ini memperlihatkan bagaimana masjid berfungsi sebagai pusat kehidupan komunitas, di mana tindakan individu dan struktur sosial saling berinteraksi dan memperkuat satu sama lain.  


Untuk mendalami interaksi sosial dan dinamika yang terjadi di sekitar Masjid Gedhe Mataram, saya merujuk pada Teori Strukturasi yang diperkenalkan oleh Anthony Giddens. Teori ini menekankan hubungan dinamis antara struktur sosial dan tindakan individu. Giddens berpendapat bahwa struktur sosial bukanlah entitas statis yang mengatur perilaku individu, melainkan sesuatu yang dibentuk dan diubah oleh tindakan individu itu sendiri. Di sisi lain, tindakan individu juga dipengaruhi oleh struktur sosial yang ada. Proses ini menciptakan interaksi kompleks, di mana struktur dan agen saling membentuk dan mempengaruhi satu sama lain secara berkesinambungan. Dalam konteks Masjid Gedhe Mataram, masjid ini berperan sebagai struktur sosial yang mendukung interaksi sosial, keagamaan, serta budaya di masyarakat Kotagede. Melalui praktik ibadah dan berbagai kegiatan sosial yang berlangsung di masjid, masyarakat dapat memperkuat identitas kolektif mereka.


Anthony Giddens, seorang sosiolog Inggris yang lahir pada tahun 1938, dikenal sebagai salah satu pemikir terkemuka dalam sosiologi, dengan kontribusi yang sangat signifikan di dalam berbagai bidang, termasuk teori strukturasi. Ia menempuh pendidikan di London School of Economics dan mengajar di beberapa universitas ternama, termasuk Universitas Cambridge. 

Pendahulu teori strukturasi adalah sosiolog klasik seperti Emile Durkheim dan Max Weber, yang telah mengkaji hubungan antara struktur sosial dan tindakan individu. Giddens kemudian mengembangkan pemikiran ini lebih jauh dan teori strukturasi pertama kali diperkenalkan dalam karyanya yang berjudul "The Constitution of Society" (1984), di mana ia menjelaskan keterkaitan dinamis antara tindakan individu dan struktur sosial.

Dengan menggunakan perspektif teori strukturasi, saya melihat bahwa Masjid Gedhe Mataram tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai pusat interaksi sosial dan budaya bagi warga sekitarnya. Misalnya, saat mengamati beberapa orang yang membersihkan halaman masjid, saya menyadari bahwa tindakan mereka memperkuat kepedulian terhadap kebersihan tempat ibadah. Di sisi lain, struktur sosial yang disediakan oleh masjid, yang menawarkan ruang bagi praktik keagamaan dan kegiatan sosial, mempengaruhi individu untuk berpartisipasi dalam menjaga keharmonisan lingkungan.

Interaksi sehari-hari yang terjadi di sekitar masjid, seperti membersihkan halaman atau beribadah, mencerminkan bagaimana tindakan individu turut memperkuat struktur sosial yang ada. Melalui aktivitas-aktivitas ini, norma-norma sosial dan budaya yang berhubungan dengan masjid selalu terjaga dan diwariskan. Perpaduan tindakan individu dan struktur sosial mencerminkan hubungan dinamis di mana keduanya saling membentuk dan memengaruhi. Melalui pelestarian dan promosi warisan budaya seperti Masjid Gedhe Mataram, kita dapat lebih memahami dan menghargai kompleksitas serta kekayaan sejarah, sekaligus interaksi yang telah membentuk masyarakat kita saat ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun