Mohon tunggu...
Farahita Ann
Farahita Ann Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sosiologi - UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Lost in my own thoughts..

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dinamika Sosial di Mie Gacoan: Suasana Hangat antara Pelayan dan Pelanggan

24 Oktober 2024   21:10 Diperbarui: 25 Oktober 2024   08:30 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Tadi malam sekitar jam 19.00 saya sedang berada di Mie Gacoan, yang berada di Kartasura. Mie Gacoan merupakan sebuah restoran mie cepat saji yang kini cukup populer di Indonesia, khususnya di kalangan anak muda. Tempat ikonik untuk pecinta mie pedas, karena menu utamanya adalah mie pedas-gurih dan mie pedas-manis mulai dari level 0-8 yang bisa dipilih sesuai selera. Restoran ini banyak dikunjungi oleh anak muda, pelajar, dan keluarga, sehingga menciptakan nuansa yang santai dan akrab. Kelas sosial di sini cenderung menengah, dimana banyak pengunjung terlihat mengenakan pakaian kasual seperti kaos, celana jeans, dan sandal atau sneakers. 

Beberapa di antaranya juga memakai aksesoris sederhana seperti tas, gelang, atau topi. Tempat ini memiliki suasana yang sangat hidup dan ramai, dengan meja-meja dari kayu yang dipenuhi pelanggan serta dekorasi yang ceria dan  penuh warna, di setiap dinding terdapat wallpaper bergambar daun-daun dan tulisan Mie Gacoan yang khas, selain itu di langit-langit atapnya di dekorasi dengan lampu dan daun-daun hijau yang merambat dan memberikan kesan hangat. Para pelayan di Mie Gacoan mengenakan seragam khas berupa kaos berwarna hitam dengan logo restoran di bagian dada, celana hitam panjang, masker, serta topi berwarna hitam, ada juga yang memakai jilbab berwarna hitam. 

Foto Pribadi
Foto Pribadi


Saya mengamati seorang pelayan laki-laki yang tadi bertugas sebagai kasir, yang bernama Ahmad, sedang mencatat pesanan pelanggan. Cara Ahmad berkomunikasi sangat ramah dan cepat, selalu menyapa pelanggan dengan senyuman dan mencatat pesanan dengan cekatan dan mengulangnya untuk memastikan pesanan sesuai dengan orderan. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia formal yang mudah dimengerti, dan mereka biasanya bertindak berdasarkan SOP yang berlaku. Ahmad mengenakan seragam Mie Gacoan dengan baju hitam, celana hitam, serta topi hitam yang menjaga rambutnya tetap rapi.

Kemudian saya mengamati salah satu pelanggan, yang akan kita sebut sebagai Gisa,  sedang menikmati  Mie Gacoan di meja yang tidak jauh dari tempat duduk saya bersama kedua temannya. Gisa memakai pakaian yang santai, dia memakai jilbab hitam, sweater hitam dan celana jeans. Jika diamati, cara berkomunikasi dengan kedua temannya cukup santai dan penuh canda tawa. Meski tidak terlalu terdengar jelas, namun dia berbicara dengan bahasa Indonesia yang sedikit medok dan sesekali terdengar seperti bahasa Ngapak, namun dengan nada yang ramah, begitupun dengan temannya.

Sebelumnya, selain Gisa, saya melihat interaksi antara para pelayan dan pelanggan yang menunjukkan hubungan santai dan ramah. Para pelayan memberikan pelayanan yang baik  mulai dari mencatat pesanan, membuat pesanan, mengantar pesanan, hingga membersihkan meja yang sudah selesai dipakai pelanggan. Para pelayan bekerja dengan cekatan dan penuh senyuman, sementara para pelanggan merespons dengan sikap yang santai dan ramah juga.

Foto Pribadi
Foto Pribadi
Interaksi yang terjadi antara Ahmad, pelayan yang bertugas sebagai kasir, dan Gisa, seorang pelanggan, menunjukkan dinamika sosial yang khas di Mie Gacoan. Ahmad berperan sebagai penghubung antara restoran dan pelanggan, dan dia menjalankan tugasnya dengan sangat profesional. Dengan menggunakan bahasa yang formal dan ramah, serta menyapa pelanggan dengan senyuman, Ahmad menciptakan suasana yang menyenangkan. Ia tidak hanya mencatat pesanan dengan cekatan, tetapi juga mengulang pesanan untuk memastikan tidak ada kesalahan, yang menunjukkan perhatian dan dedikasinya terhadap kepuasan pelanggan.

Di sisi lain, Gisa dan teman-temannya menggambarkan karakter pelanggan yang santai dan akrab. Mereka berinteraksi dengan cara yang penuh canda tawa, menggunakan bahasa yang lebih informal dan akrab, mencerminkan rasa nyaman yang mereka rasakan di lingkungan restoran. Penggunaan dialek Ngapak oleh Gisa menambah keunikan dalam interaksi tersebut, menunjukkan identitas budaya yang kuat dan kedekatan emosional di antara mereka. Ini menciptakan kontras yang menarik antara cara Ahmad yang formal dan sikap Gisa yang lebih santai.

Secara keseluruhan, interaksi ini menciptakan suasana yang hangat dan ramah di Mie Gacoan. Para pelayan, termasuk Ahmad, berusaha memberikan layanan terbaik dengan sikap positif, sementara pelanggan seperti Gisa merespons dengan cara yang sama. Hubungan ini mencerminkan nilai-nilai kolaborasi dan saling menghargai, di mana kedua pihak saling berkontribusi untuk menciptakan pengalaman makan yang menyenangkan. Momen ini menunjukkan bagaimana interaksi dalam lingkungan restoran tidak hanya tentang transaksi, tetapi juga tentang membangun relasi sosial yang positif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun